Lihat ke Halaman Asli

Tesalonika Hsg

TERVERIFIKASI

Kompasianer 2024

Mengapa Orangtua Perlu Belajar AI?

Diperbarui: 28 September 2025   18:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi AI (Sumber: Unsplash)

Beberapa tahun terakhir, percakapan tentang kecerdasan buatan (AI) tidak lagi terbatas di ruang kelas teknologi atau seminar kampus. Kini, AI sudah masuk ke ruang keluarga.

Anak-anak Gen Z dan Alpha bisa dengan lincah memanfaatkan ChatGPT untuk mengerjakan tugas, memakai aplikasi editing berbasis AI untuk konten media sosial, atau bahkan memanfaatkan AI untuk bermain gim dan hiburan.

Sementara itu, banyak orang tua masih bingung. Bagaimana cara kerja AI dan apa dampaknya bagi kehidupan sehari-hari?

Kesenjangan ini mulai terlihat jelas. Ketika anak sudah begitu ahli, orang tua berisiko tertinggal.

Padahal, memahami AI bukan sekadar ikut-ikutan tren digital, melainkan kebutuhan agar bisa tetap relevan, membimbing, dan melindungi anak dari potensi jebakan teknologi.

Kesenjangan Digital dalam Rumah Tangga

Fenomena anak lebih pintar teknologi daripada orang tua sebenarnya bukan hal baru.

Dulu, banyak orang tua kaget saat anaknya lebih cepat menguasai komputer atau media sosial. Namun, dengan AI, situasinya menjadi lebih kompleks.

AI tidak hanya soal "memakai aplikasi", melainkan juga bagaimana informasi diproses, bagaimana keputusan dibuat, dan bagaimana etika dipertaruhkan.

Ketika anak terbiasa bertanya kepada ChatGPT untuk mencari jawaban, ada risiko besar mereka menerima informasi mentah tanpa verifikasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline