Lihat ke Halaman Asli

Teopilus Tarigan

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Tiga Hal Sederhana yang Tidak Mudah, tapi Diperlukan di Dunia Kartini

Diperbarui: 12 April 2021   12:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

RA Kartini (WIKIMEDIA COMMONS/GPL FDL via Kompas.com)

Banyak hal yang bisa dijelaskan tentang ibu kita Kartini. Kali ini kita akan belajar tiga hal saja yang sederhana dari dia, sebab dunia Kartini adalah dunia kita.

Namanya juga belajar, ada saja jatuh bangun, dan bisa saja ada masalah atau kesalahan dalam prosesnya. Jangan takut salah, lebih baik belajar walapun salah, dari pada tidak sama sekali. Apa saja tiga hal sederhana itu? Ini dia.

1. Perlu bercanda untuk mengurangi kepedihan

Mungkin banyak candaan yang tidak dibutuhkan, lantaran dilontarkan tidak pada tempatnya atau oleh orang yang tidak tepat dan ditujukan kepada pihak yang kurang patut. Candaan seperti itu takjarang hadir mengejutkan.

Bagaimanakah sebuah candaan bisa menjadi bekal yang memadai untuk menghadapi penderitaan kita masing-masing? Tidak jelas benar caranya bagaimana, sebab sering kali kita disadarkan pada saat yang berbeda satu dengan lainnya, bahwa apa yang kita anggap sebagai penderitaan ternyata merupakan jalan keluar atau rencana penyelamatan.

Rencana penyelamatan itu bisa bagi kita, tapi bisa saja bukan, melainkan bagi orang lain. Tidak mudah, tapi perlu untuk kita berusaha menyadari bahwa yang harus terjadi, terjadilah.

2. Jalani mimpi dan usahakan memiliki sahabat

Tanpa seorang sahabat, tak terbayang bagaimana menjalani kehidupan yang penuh penderitaan ini. Sahabat bisa siapa saja, bahkan apa saja, yang mampu mengerti bahasa air mata.

Kita mungkin tidak mengingat persis kapan dan bagaimana mulai kita mulai bisa menulis dan membaca. Namun, agaknya kita tidak akan susah mengingat kita bisa menulis dan membaca karena siapa.

Kalau dalam lirik sebuah lagu yang berjudul "Jasamu Guru", disebutkan bahwa gurulah pelita penerang dalam gulita, jasanya tiada tara. Itulah contoh Kartini zaman kini.

R.A. Kartini di zamannya mungkin tidak pernah mengimpikan bahwa apa yang dia lakukan dari balik tembok tinggi tebal istana pingitannya, melalui korespondensi dengan para sahabat, kelak akan terdokumentasi sebagai salah satu catatan sejarah mula-mula semangat pergerakan dan kebangkitan nasional. Surat-suratnya berisikan semangat revolusi jiwa, yang darinya habislah gelap dan terbitlah terang.

Satu-satunya hal yang membuat Kartini tidak merasa sepenuhnya terkekang dalam pingitannya adalah karena ia sering mendapat kiriman buku bacaan dan juga koran-koran dari teman-temannya. Buku adalah apostel yang diam, cocok menjadi teman orang yang terpenjara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline