Lihat ke Halaman Asli

Teopilus Tarigan

TERVERIFIKASI

Pegawai Negeri Sipil

Kenapa Susah Membuang Sampah pada Tempatnya?

Diperbarui: 7 Desember 2018   09:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Petugas Kebersihan (dokpri)

Pada perhelatan Asian Games XVIII Jakarta-Palembang, Indonesia, pada bulan Agustus sampai September 2018 yang lalu, banyak netizen memberikan pujian bagi supporter asal Jepang yang memunguti sampah-sampah di antara bangku-bangku tribun penonton seusai mereka menyaksikan atlet-atlet mereka bertanding.

Entah menang atau kalah, mereka tetap memunguti sampah sebelum pulang, bahkan ada yang memunguti sampah puntung rokok yang bertebaran di bawah pohon di sekitar venue pertandingan. 

Pujian ini membanjiri media sosial tidak ketinggalan dimuat juga oleh media-media onine di Indonesia. Kenyataan ini menunjukkan bahwa orang-orang Indonesia pun menyadari dengan sepenuhnya bahwa perilaku membuang sampah ke tempatnya adalah perilaku yang terpuji. 

Bahkan sudah menjadi suatu keharusan bagi manusia sebagai salah satu penanda yang membedakan mereka dari makhluk hidup penghasil sampah lainnya.

Seorang remaja putri pendukung atlet Jepang memungut puntung rokok (www.detik.com)

Cara kita memperlakukan sampah kita adalah cerminan tingkat keadaban kita, juga sebagai salah satu indikator untuk mengukur tingkat kepedulian kita akan isu-isu lingkungan. 

Mungkin akan terasa biasa saja bagi seorang pria membuang bungkus rokok atau puntung rokoknya sembarangan, atau biasa bagi seorang ibu membuang popok bayinya tanpa pengamanan yang memadai ke tong sampah yang terbuka di depan rumahnya, atau terasa biasa bagi kita membuang sampah seenaknya ke selokan. 

Padahal, akumulasi dari seluruh sampah-sampah yang biasa dibuang sembarangan ini dapat menyumbat aliran air selokan di sebuah tempat, menyebabkan pendangkalan sungai di tempat yang jauh dari asal sampah , atau bahkan mencemari laut dengan gunungan sampah kiriman yang mengancam kelangsungan hidup biota laut.

Pernah pada suatu ketika, saat saya masih bekerja di dinas kebersihan di kampung ini, mendapati kenyataan bahwa kecepatan petugas kebersihan mengangkut sampah kalah jauh dari kecepatan warga membuang sampah dengan seenaknya. 

Ini bukan soal ketidakpercayaan kepada pemerintah yang dianggap tidak becus mengelola sampah, perilaku buruk aparat yang mengakibatkan ketimpangan antara output pekerjaan yang dibiayai negara dengan hasil pekerjaannya mengangkut sampah. 

Namun, ini adalah soal perilaku dan kesadaran diri sendiri manusia, dan kelangsungan hidup ras manusia di sebuah planet yang semakin renta dengan beban yang semakin berat.

tumpukan sampah di selokan (dokpri)

Pada suatu hari, seorang konsultan lingkungan yang sedang mengerjakan proyek pembuatan masterplan pengelolaan sampah di daerah ini kebetulan bertemu dengan saya di lapangan. 
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline