Lihat ke Halaman Asli

Teddy Yosep Nainggolan

Pembelajar, Analis, Eksekutor

Membudayakan Sikap Antre

Diperbarui: 27 Oktober 2020   13:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Embun Pagi #1

Membudayakan Sikap Antri

Oleh: Teddy Yosep Nainggolan

Selasa, 27 Oktober 2020

Semangat pagi.

Pagi ini, saya sedang duduk di ruang tunggu sebuah bandara. Saya baru saja mendarat dari penerbangan luar kota, transit sebentar.

Pada masa pandemi COVID-19 ini, bandara cukup sepi dan tidak terlalu ramai dengan penumpang. Kebiasaan baru saya di masa pandemi ini apabila transit ialah mencari tempat duduk yang kosong dan jauh dari kerumunan orang. Saya buka tas kecil saya dan mengambil tisu basah beberapa lembar. Seketika, wajah yang kusam dan lelah, menjadi bersih dan segar kembali. Kemudian saya mengganti masker yang telah dipakai lebih dari 4 jam dengan masker yang baru. Setelah selesai beberes diri, saya mulai membuka gadget dan melihat pesan-pesan di chat WhatsApp yang masuk. Ada beberapa pesan yang harus segera saya tindak lanjuti karena sifatnya yang segera dan mendesak. Bahkan menurut saya, tidak cukup dengan chatting. Beberapa orang langsung saya telepon.

Tibalah panggilan dari petugas darat bandara memanggil para penumpang untuk segera boarding karena pesawat akan segera berangkat ke tempat tujuan. Petugas darat mengatur barisan antrian hanya dua baris menuju pemeriksaan kertas boarding pass. Saya segera berbenah dan membuang sampah kotak bekas makanan ke dalam tempat sampah yang telah disediakan pada tempat sesuai spesifikasinya.

Kemudian saya berputar dan mengikuti antrian yang cukup panjang dari belakang. Saya sabar menunggu antrian, satu demi satu. Namun, yang mengesalkan saya, ada beberapa orang yang menyelonong masuk dari samping kiri dan kanan, memotong antrian yang cukup panjang. Petugaspun tidak berani menegur dan si pemotong antrian tetap dilayani.

Huffftt.. begitu menjengkelkan saya. Itulah keadaan masyarakat kita. Susah sekali untuk diajak disiplin dalam bentuk yang paling sederhana, antri. Bagaimana hal-hal lainnya bisa lebih baik dikerjakan apabila sikap untuk antri dan menghargai orang lainpun kita tidak punya. Sikap antri dan menunggu dalam hal apapun, adalah terpuji. Kita belajar menghargai orang. Kita belajar tertib. Kita belajar disiplin.

Kebiasaan yang konsisten dilaksanakan bertahun-tahun, akan menjadi sebuah kebudayaan. Lihat negara-negara maju di luar sana. Sikap antri begitu sudah membudaya sehingga orang malu untuk tidak antri. Akibatnya, ethos kerja mereka benar-benar maju. Mereka bekerja dengan profesionalisme yang tinggi. Hasil kerjanyapun, tak perlu diragukan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline