Lihat ke Halaman Asli

Tb Adhi

Pencinta Damai

Mencermati Kemungkinan PDIP Gandengkan Puan atau Ganjar dengan Erick Thohir

Diperbarui: 22 November 2022   17:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Presiden Joko Widodo dan Menteri BUMN Erick Thohir. (Foto: Kompas.com).

PDIP menjadi satu-satunya kontestan Pemilu 2024 yang sudah memastikan tiket ke pemilihan presiden (pilpres) 2024. Sebagai partai pemenang Pemilu 2019 dan mengantongi perolehan suara terbesar, PDIP berhak menetapkan kandidat presiden maupun calon wakil presidennya tanpa tergantung pada partai lain. Namun, sejauh ini belum lagi memutuskan siapa figur yang akan dikedepankan sebagai calon pemimpin bangsa untuk periode 2024-2029 tersebut.

Dari dinamika sejauh ini ada dua figur yang berpeluang untuk dijadikan capres oleh PDIP, yakni Puan Maharani dan Ganjar Pranowo. Sosok ketua DPR dan gubernur Jateng itu yang mendominasi pemberitaan media dan menyita perhatian publik.

Merujuk pada pemberitaan media selama ini, dari sisi popularitas dan tingkat keterpilihan (elektabilitas), Ganjar Pranowo terus mengunguli Puan Maharani. Nama Ganjar Pranowo bertahan pada posisi tiga besar pada setiap jajak pendapat masyarakat terkait calon presiden 2024, sementara Puan Maharani tidak pernah beranjak dari urutan tidak meyakinkan.

Kendati demikian, siapa yang akhirnya akan diputuskan sebagai capres, tergantung pada Megawati Soekarnoputri, sebagai pemegang hak prerogatif. Perkembangan terakhir menyebutkan, Ketum PDIP itu diisyaratkan sudah mengantongi nama capres yang akan diusung. Bahkan disebutkan, pengumuman capres PDIP hanya tinggal urusan momentum.

Ada isyarat jika Megawati Soekarnoputri akan mengumumkannya pada perayaan puncak HUT ke-50 PDIP yang digelar 10 Januari 2023 mendatang di JIExpo Kemayoran, tempat di mana Partai Golkar merayakan HUT ke-58 pada 21 Oktober 2022 lalu.

Menjadikan momentum HUT ke-50 sebagai waktu untuk deklarasi capres, sangat mungkin dilakukan oleh Megawati Soekarnoputri, walau tahapan untuk mengirim nama capres dan cawapres ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) relatif masih jauh.

Dalam berbagai kesempatan Megawati Soekarnoputri memang selalu mengemukakan bahwa PDIP tidak akan terburu-buru mengumumkan figur capres yang diusung. Dia mengaku akan lebih dulu melihat dan mencermati dinamika yang berkembang di tengah masyarakat, tak terkecuali di internal PDIP.

Oleh karena itu pula Megawati Soekarnoputri tidak suka dengan gerakan-gerakan yang dinilainya tidak menguntungkan kinerja partai, misalnya adanya 'Dewan Kolonel" sebagai kelompok pendukung Puan Maharani yang berasal dari kalangan anggota dewan, dan "Dewan Kopral", kelompok pendukung Ganjar Pranowo yang berasal dari kalangan simpatisan dan kader partai di tingkat bawah.

Dikotomi "Dewan Kolonel" dan Dewan Kopral" tersebut hilang setelah Megawati Soekarnoputri secara terbuka menyampaikan ketidaksukaannya. Kemarahan Megawati Soekarnoputri sekaligus juga meredupkan frasa "Banteng vs Celeng", yang sempat muncul dari perseteruan dua dewan tersebut.

Dalam berbagai kesempatan  pula Megawati Soekarnoputri, serta Puan Maharani, Ganjar Pranowo dan elit-elit PDIP kerap menyebutkan bahwa partai banteng memiliki banyak figur yang bisa diusung sebagai capres dan cawapres. Akan tetapi, mana mungkin publik bisa mempercayai jika kandidat capres, misalnya, adalah figur bukan Puan Maharani atau Ganjar Pranowo.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline