Lihat ke Halaman Asli

TauRa

TERVERIFIKASI

Rabbani Motivator, Penulis Buku Motivasi The New You dan GITA (God Is The Answer), Pembicara Publik

Aneh! Mengapa Roti Tawar Tak Bisa Ditawar?

Diperbarui: 10 September 2020   22:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(sumber:liputan6.com)

Aneh! itu adalah kata seorang bocah sekitar 5 tahunan ketika membaca tulisan di sebuah plastik roti tawar. Kata itu muncul ketika dia bertanya kepada ibunya, "Bu, ini roti tawar, kita tawar aja Bu..!" katanya antusias. 

Antusiasnya mendadak hilang ketika ibunya bilang "Nak, roti ini ga bisa ditawar, karena harganya sudah ada di bungkusnya", jawab ibu itu lembut. Nah, itu lah awal kata "Aneh" dari si anak itu berasal.

Saya berada tidak berapa jauh dari posisi anak itu dan mendengar jelas ucapannya. Di dalam hati saya berkata, kalau memang apa yang dikatakan anak itu adalah benar 100%, tanpa perdebatan. Kenapa roti tawar tidak bisa ditawar? itu adalah pertanyaan simpel yang bahkan luput dari pengamatan saya dan mungkin jutaan manusia lain di seluruh dunia.

Mungkin kah ini yang dinamakan ketidakkonsistenan dalam melabeli suatu nama? atau mungkin kah ini adalah perbedaan antara dunia nyata dan dunia angan-angan? semua kemungkinan bisa terjadi.

Anak tadi berdiri di atas kaki kenyataannya. Dia mengartikan sesuatu sesuai dengan definisi aslinya dan ini tentu saja luar biasa dan menampar kemapanan mental orang dewasa. 

Berapa banyak hari ini, orang yang sudah dewasa dan bergelar tinggi, tetapi tidak bisa mendefinisikan sesuatu berdasarkan keasliannya. Dia berlagak dan bersolek sibuk memanipulasi kata demi mendapatkan apa yang menjadi keinginan pribadi atau golongannya.

Berapa banyak hari ini orang yang mengaku dewasa, tetapi tidak bisa membedakan mana yang hak dan mana yang batil. Padahal antara hak dan batil itu sudah sangat jelas perbedaannya.

Anak kecil tadi mengajarkan tentang bagaimana melihat sesuatu perlu dilakukan secara jernih, tanpa manipulasi. Anak itu juga menyadarkan para orang dewasa untuk bisa menempatkan definisi sesuai porsinya, tanpa melebihkan atau mengurangkan.

Hari ini, kita menyaksikan bagaimana politik (misalnya) dijadikan alat, olahan dan sejenisnya untuk improvisasi aktualisasi diri, tanpa mendudukkannya pada situasi yang presisi dan seharusnya.

Ketika si A, melakukan kesalahan, ramai orang menghujatnya seolah-olah yang menghujat lebih baik dari yang dihujat. Ketika si B, melakukan kebaikan, banyak yang latah dan memuji berlebihan seolah-olah dia adalah yang paling baik se-Indonesia raya ini dan begitu selanjutnya.

Melihat dengan polos dan apa adanya terkadang perlu seperti yang dicontohkan bocah tadi, meskipun melihat lebih jauh dan merenungi makna sebenarnya tetap perlu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline