Lihat ke Halaman Asli

Taufiq Sentana

Pendidikan dan sosial budaya

Dunia Tidak Sepenuhnya Hina, Nikmatilah Seperlunya

Diperbarui: 3 Agustus 2021   17:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Cara terburuk menikmati dunia adalah dengan menjadikan dunia sebagai  pusat keinginan kita. Demikian kata sebagian guru. Sikap ini mendorong seseorang menghabiskan waktunya hanya untuk kepentingan perut dan hawa nafsu kesenangan.

Banyak ulama yang tidak mengingkari dunia, dalam arti, mereka mengambil dari dunia seperlu saja. Adapun yang dimilikinya ia keluarkan untuk keperluan orang banyak. Bahkan, dalam Risalah Qusyairiyah, sering disebutkan bahwa para ulama itu memilki pembantu, terkadang pembantu itu dibebaskan oleh karena kesalahannya, bukan dihukum. Ini menunjukkan sikap kemurahan hati dan kelapangan jiwa.

Inilah makna zuhud sebenarnya, bahwa kita tidak terlena oleh kepemilikan dan kita pun tidak hina karena ketidakpunyaan.

Sungguh, kehidupan dunia dan kota yang sibuk telah melalaikan kita dari makna utama dunia. Padahal bisa jadi, kelalaian kita itu karena kebodohan diri dan kesombongan untuk terus belajar. Kesibukan dan kepentingan hidup telah merusak cara kita membuat prioritas dan memilah hal yang utama.

Padahal, bagian dari dunia adalah makan dan pakai.Bila kita telah menyesuaikan porsinya untuk diri kita, maka kita bisa berbagi dalam menikmatinya. Bisa lewat infaq dan wakaf atau lembaga lembaga pendidikan yang menjanjikan "pahala mengalir" bagi siapa yang melakukannya.

Itulah cara menikmati dunia.Mengambil seperlunya dan tidak menguasai hati kita. Nyatalah bahwa kita hanya musafir di tandus dunia, berteduh sesaat dan melanjutlan perjalanan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline