Kadang reuni paling berkesan justru bukan yang direncanakan dengan matang. Tidak ada undangan resmi, tidak ada rundown, bahkan tidak ada dress code. Hanya kabar singkat di grup WhatsApp, lalu sebuah siang di Bali yang tiba-tiba mempertemukan wajah-wajah lama yang dulu pernah berbagi masa.
Begitulah reuni kecil para eks CX di Tanjung Benoa ini lahir --- mendadak, sederhana, tapi hangatnya terasa sampai jauh setelah pulang.
Perjalanan Menuju Batan Bekul
Saya dan istri dijemput langsung oleh Pak Anthony dan Bu Dhani di hotel. Seperti dulu, Pak Anthony tetap saja punya aura pemimpin yang tenang, tapi kali ini lebih santai --- tak lagi sibuk mengatur, hanya tersenyum dan bercerita sepanjang jalan.
Mobil melaju pelan melewati kawasan Nusa Dua yang tertata rapi. Di pos penjagaan, seorang satpam menghentikan kami dengan sopan.
"Mau ke mana, Pak?" tanyanya.
"Bali Connection," jawab Pak Anthony santai.
Kami semua tertawa. Entah kenapa, jawaban sederhana itu seperti membuka lembar nostalgia --- mengingatkan masa-masa ketika semua masalah bisa cair hanya karena humor ringan di tengah tekanan kerja.
Batan bekul: dokpri
Udara siang itu terasa lembut. Dari jendela, hamparan langit biru dan aroma laut memberi kesan damai. Kami tiba sekitar pukul dua belas tepat di Ikan Bakar Batan Bekul, rumah makan sederhana di pinggir jalan Tanjung Benoa yang tidak sepopuler restoran seafood di Jimbaran, tapi justru menyimpan pesona keaslian Bali yang sulit ditemukan di tempat lain.
Meja Panjang, Keripik Singkong, dan Aroma Laut
Batan Bekul tidak besar, tapi auranya langsung membuat betah. Dinding bambu, atap rumbia, meja kayu panjang, dan angin sepoi yang menyelusup di antara sela-sela daun.
Sambil menunggu makanan disiapkan, Bu Dhani memesan keripik singkong yang gurih. Untuk minuman, saya dan beberapa rekan memesan kelapa muda yang segar.