Lihat ke Halaman Asli

Taufan Satyadharma

Pencari makna

Terus "Nandur" Tanpa Pamrih Apapun

Diperbarui: 17 Desember 2021   16:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pementasan Seni Tari (dokpri)

Sehari sebelum acara Mocopat Syafaat malam ini, pada sore harinya ada kabar penawaran untuk mengikuti acara #MSDes di Kadipiro kepada dulur Maneges Qudroh, tetapi kuotanya terbatas hanya sekitar 30-50 orang. 

Kalau umumnya masyarakat pasti akan berebut tempat untuk bertemu seorang idolanya, namun di lingkungan maiyah berbeda, yang terjadi justru saling mempersilahkan.

Meskipun di hati banyak tertahan rasa rindu, nampak di daftar yang telah dibagikan muncul banyak keikhlasan untuk merelakan kesempatan emas bertemu dengan Mbah Nun. 

Nyatanya kuota masih menyisakan banyak tempat hingga sore hari, beberapa waktu sebelum jadwal berkumpul. Entah karena memang "malu-malu kucing" atau sudah terlatih untuk memiliki mental supersub (pemain pengganti yang selalu siap mengubah alur permainan).

Bagaimana mungkin rombongan ini pada akhirnya begitu terlihat bahagia dengan menyewa bus engkel menuju Kadipiro? Secara mendadak dan tanpa direncanakan. 

Keadaan ini mungkin berhubungan dengan pertanyaan Mbah Nun di awal acara terkait pertalian apa yang terjalin dalam sebuah komunitas? Misalnya saja kalau dalam parpol ingin berkuasa dan perusahaan menginginkan laba, maka menurut Mbah Nun kita di dalam maiyah juga harus mengetahui yang lebih utama.

Demikian halnya dalam hidup, apa yang selama ini kita alami lebih banyak siangnya atau malamnya? Mbah Nun kemudian menggambarkan bagaimana perjalanan Kiai Kanjeng selama 30 tahun yang petheng ndedet dan ora tau cetho. Bahkan, hidup kita ini sendiri menurut beliau lebih banyak mengalami fase gelapnya daripada terangnya. 

Maka dari itu, Mbah Nun menganjurkan untuk membaca 10x surat Al-Qadr sebelum tidur atau 3x setelah selesai sholat, supaya hidup kita salamun hiya mathla'il-fajr. Suatu jaminan keselamatan yang menurut Mbah Nun tidak hanya berbatas sekitar pukul 04.00 waktu fajar, tapi bisa "nanti" yang kita semua tidak bisa memastikannya.

Keberkahan yang Berasal dari Kemurahan Hati Manusia

Pementasan seni tari dari Pak Jujuk dan komunitasnya, lalu dilanjutkan dengan monolog "Kucing Mengajari Kucing Terbang" oleh Bapak Eko WInardi menjadi bonus hiburan pada malam itu. Lalu setelah selesai, kita bersama diajak oleh Mbah Nun untuk memasuki tema Mocopat Syafaat kali ini, yakni "Give Your Hand, Take My Hand".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline