Dua berita di twiter membuat penulis merenung yang pertama dunia twiter meramaikan kisah seorang karyawan swasta yang bergaji 80 juta sebulan gara gara korona hidupnya kerepotan yang kedua pengusaha terkaya di Indonesia akibat korona dalam dua bulan ini kehilangan uang 196 triyun. Yang pertama hidupnya kerepotan karena dengan penghasilan 80 juta dia mencicil rumah di komplek perumahan mewah,cicilan mobil dan gaya hidupnya hedonis sehingga tidak punya tabungan, yang kedua karena nilai nilai sahamnya rontok dalam dua bulan sejak korona mewabah.
Membayangkan kedua peristiwa tersebut pikiran penulis melesat bukannya kedua orang tersebut melainkan bagimana nasib guru guru honerer kita yang kehilangan penghasilan, terbayang anak dan istrinya, terbayang terpecah konsentrasinya antara memikirkan tugas dan memikirkan penghasilah agar bisa mengisi hari hari di bulan ramadhan ini serta hari hari seterusnya mengingat sekolah tempat mengabdi ditutup sampai batas waktu tidak ditentukan
Fakta yang terjadi dari berita yang kehilangan uang dengan hilangnya harapan guru honorer bagaikan dua mata sisi yang bertolak belakang. Mungkinkah ini cara Allah mendidik umatnya agar belajar dari kehidupan, mungkinkah ini cara Allah menegur penulis untuk tidak melihat pada orang orang yang terlihat mapan,glamoor penampilan mentereng, tetapi Allah menegur agar kita senantisa mengembangkan sifat empaty, peduli dan tenggang rasa untuk orang orang yang kurang beruntung.momen ini terjadi di bulan yang penuh berkah ,bulan dimana pintu maaf dibuka lebar lebar serta bulan ramadhan saat ini bulan yang sangat spesial karena kalau tahun tahun sebelumnya yang penulis alami terkadang ,pulang pegi kantor, kadang tugas dari tempat satu ke tempat lainnya,saat ini betul betul berada dirumah sehingga memungkinan untuk diiisi dengan kegiatan replektif dan melaksanakan aktivitas keagamaan hanya dengan istri.
Alquran mengisahkan " Kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan senda gurau perhiasan dan saling berbangga diantara kamu serta berlomba dalam kekayaan dan anak keturunan seperti hujan yang tanam tatanamannya mengagumkan para petani , kemudian (tanaman) itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian hancur . dan di akhirat (nanti ) adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaannya , dan kehidupan dunia tiada lain hanyalah kesenangan yang palsu ( al hadid : 20 ).
Berangkat dari realitas dan peringatan dari Allah SWt yang jelas menggambarkan bahwa kehidupan dunia ini adalah bagaikan fata morgana indah dari kejahuan namun saat ditelusuri sunggu jauh pangang dari api. Orang dengan penampilan metereng fasilitas lengkap apakah sama bagianya dengan kehidupan guru honorer dengan gaji yang sangat terbatas,penulis beranggapan pasti beda sebab ukuran , target dan tujuan hidup yang berbeda, siapa tahu guru honorer dengan gaji yang kecil lebih bahagia apalagi jika diukur kebahagiaan dimata Allah SWT.kita sering mendengar ungkapan hari ini kita makan dengan apa, kita makan dimana dan hari besok makan siapa, itulah gambaran uang rizki yang diperoleh tergantung caranya
Mereka yang karunia allah diberi nikmat berlebihan tetapi lupa untuk besedekah dan menjamu orang buka puasa perlu menumbuhkan sikap kesalehan sosial .Kesalehan sosial adalah perilaku orang yang sangat peduli, bersifat sosial ,bersikap sopan santun,pada orang lain,suka menolong dan mampu berempati, artinya mampu merasakan penderitaan yang dirasakan orang lain,ditengah krisis nilai dikehidupan . Pada kenyataannya, masih banyak umat Islam di Indonesia yang masih memahami bahwa kesalehan di mata Allah swt hanya kesalehan pribadi semata. Sementara, kesalehan sosial belum dianggap sesuatu yang penting dan menjadi bagian dari hidup keseharian. Padahal, dalam ajaran Islam, banyak mengandung nilai-nilai sosial yang memiliki peran yang sangat besar dan signifikan dalam pembangunan bangsa.
Seperti salah satunya nilai sosial Islam yang bisa dijadikan sebagai modal dasar pembangunan bangsa, di antaranya: Ta'awun (Tolong-Menolong) memiliki sifat suka menolong merupakan salah satu ciri orang yang beriman (At-Taubah: 71). Menolong tanpa pamrih, tulus, dan hanya mengharap keridhaan Allah semata. Bukan menolong karena berharap imbalan materi atau ingin dipuji oleh orang lain. Tolong-menolong harus dalam hal kebaikan dan kemaslahatan, bukan dalam hal keburukan dan kezhaliman
Suka menolong harus menjadi kesadaran iman bagi setiap muslim .Tolong-menolong dalam lingkup kehidupan bernegara dan berbangsa terjadi antara pemerintah dan rakyat. Kedua elemen tersebut jika tidak saling tolong-menolong, maka pembangunan akan terhambat. Program-program pembangunan yang dicanangkan pemerintah harus mendapat dukungan dan partisipasi dari rakyat.seperti saat ini pemerintah yang merasaka beban berat menghadapi pandemi Covid 19...semoga ada cahaya terang