Lihat ke Halaman Asli

Tapa Shidiq

Belajar mentuturkan gagasan lewat tulisan.

Negeri Pandemi

Diperbarui: 26 Juni 2021   11:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Alkisah di sebuah negri
Angka-angka Tak lagi
mewakili rasa ngeri
Terhadap sebuah pandemi
Karena hidup lebih ngeri
Dari pada mati berdikari

Menaati tetap di rumah
Tapi pandemi seolah tak berkesudah
Anak anak tak sekolah
Mereka kini makin piawai membantah
Rapot merah, rambut pun merah.
Guru pun pasrah.

O alangkah malangnya negri
Disaat pandemi jauh dinegri sebrang
Malah buka paket wisata murah.
Pun ketika sang duta corona
Masih pasien nol satu dan nol dua.
Sang arjuna tak jua kunjung mengunci zona merah.

Kini hampir tak ada hijau
dipelupuk zamrud katulistiwa.
Beberapa orang mulai meyakini
Ini adalah konspirasi.
Seolah ronga nafas dipenuhi CO2
Sesak yang bertambah2
Bayang-bayang resesi ekonomi
Dan ancaman perongrongan 5 sila.

Emak emak dan ibu guru berpelukan
Saling menguatkan.
Seraya saling berbisik
Mari siapkan nafas yang panjang.
Dan kesabaran yang tak berhujung.
"Bagai manapun anak2 kita harus selamat, biarkan kita yang menanggung beban sejarah"

(Malam Jumat 25 Juni 2020, Pasar Sirih Cinangka)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline