Lihat ke Halaman Asli

Taofik Wildan

Saya adalah

Mempertanyakan Nasionalisme Bulog

Diperbarui: 29 April 2019   21:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bawang putih impor (foto: dok. Republika)

Beberapa waktu lalu, harga bawang putih di dalam negeri sempat berfluktuasi. Jika biasanya bawang putih dijual dengan harga Rp 18.000 -- Rp 25.000 per kg, komoditas itu sempat menyentuh hingga Rp 40.000 per kg. Akibatnya, bawang putih sempat menyumbang tingginya angka inflasi di bulan Februari kemarin. 

Sebagai langkah antisipasi, Rapat Koordinasi Terbatas menugaskan Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk mengimpor bawang putih sebanyak 100 ribu ton. 

True story (meme olah pribadi)

Keputusan itu pun ternyata menuai polemik. Bulog sebagai importir tidak menjadi objek dari Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) No. 16 Tahun 2017 tentang Rekomendasi Impor Produk Hortikultura (RIPH). Permentan ini memuat klausul importir bawang putih wajib melakukan tanam di dalam negeri paling sedikit 5% dari total impor yang diajukan. Lokasi tanam diutamakan di wilayah baru, hal ini dilakukan agar produksi dalam negeri terus meningkat.

Wacana impor oleh Bulog ini pun sontak menuai kontroversi. Karena dinilai akan menciptakan level of playing field yang tidak sama, alias persaingan tidak sehat antar penjual bawang putih. Karena para importir bawang putih yang selama ini memasok ke Indonesia punya kewajiban menanam.

Kewajiban ini tentu menimbulkan biaya atau cost. Sedangkan Bulog tidak kena kewajiban tersebut. Kemungkinan besar, bawang putih yang dijual oleh Bulog akan lebih murah ketimbang bawang putih impor yang didatangkan importir umum. 

Polemik yang makin sengit pun membuat ijin impor Bulog tidak kunjung turun. Keputusan pemerintah untuk tidak memberikan ijin pada Bulog pun disambut baik. Terutama oleh kalangan petani bawang putih yang merasa bahwa saat ini adalah momentum untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Apalagi Kementerian Pertanian sudah mencanangkan target swasembada bawang putih di tahun 2021 mendatang.

Kompas

Alih-alih mendukung upaya tersebut, Bulog malah terkesan makin ngotot untuk mengimpor bawang putih. Hingga timbul kesan, impor itu bukan lagi sekadar penugasan. Melainkan keinginan dari Bulog itu sendiri. 

Republika

Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, beralasan pelaksanaan impor tertunda karena belum mendapatkan restu dari seorang menteri. Budi Waseso berkeras, semua harga komoditas pangan menjelang Bulan Ramadan, sudah stabil karena stok dan pasokan melimpah, seperti beras. Namun terdapat satu komoditas pangan yang harganya masih fluktuatif dan pasokannya memang terhambat, yakni bawang putih.

Sampai di sini kita bisa melihat mengenai urgensi bawang putih ini. Bahwa sebenarnya ada pihak-pihak yang sepertinya sangat menginginkan kita impor Bawang Putih, sehingga upaya untuk meningkatkan produksi dalam negeri jadi nomor dua atas nama stabilisasi harga.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline