Beberapa waktu lalu, harga bawang putih di dalam negeri sempat berfluktuasi. Jika biasanya bawang putih dijual dengan harga Rp 18.000 -- Rp 25.000 per kg, komoditas itu sempat menyentuh hingga Rp 40.000 per kg. Akibatnya, bawang putih sempat menyumbang tingginya angka inflasi di bulan Februari kemarin.Â
Sebagai langkah antisipasi, Rapat Koordinasi Terbatas menugaskan Perum Badan Urusan Logistik (Bulog) untuk mengimpor bawang putih sebanyak 100 ribu ton.Â
Wacana impor oleh Bulog ini pun sontak menuai kontroversi. Karena dinilai akan menciptakan level of playing field yang tidak sama, alias persaingan tidak sehat antar penjual bawang putih. Karena para importir bawang putih yang selama ini memasok ke Indonesia punya kewajiban menanam.
Kewajiban ini tentu menimbulkan biaya atau cost. Sedangkan Bulog tidak kena kewajiban tersebut. Kemungkinan besar, bawang putih yang dijual oleh Bulog akan lebih murah ketimbang bawang putih impor yang didatangkan importir umum.Â
Polemik yang makin sengit pun membuat ijin impor Bulog tidak kunjung turun. Keputusan pemerintah untuk tidak memberikan ijin pada Bulog pun disambut baik. Terutama oleh kalangan petani bawang putih yang merasa bahwa saat ini adalah momentum untuk meningkatkan produksi dalam negeri. Apalagi Kementerian Pertanian sudah mencanangkan target swasembada bawang putih di tahun 2021 mendatang.
Alih-alih mendukung upaya tersebut, Bulog malah terkesan makin ngotot untuk mengimpor bawang putih. Hingga timbul kesan, impor itu bukan lagi sekadar penugasan. Melainkan keinginan dari Bulog itu sendiri.Â
Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, beralasan pelaksanaan impor tertunda karena belum mendapatkan restu dari seorang menteri. Budi Waseso berkeras, semua harga komoditas pangan menjelang Bulan Ramadan, sudah stabil karena stok dan pasokan melimpah, seperti beras. Namun terdapat satu komoditas pangan yang harganya masih fluktuatif dan pasokannya memang terhambat, yakni bawang putih.
Sampai di sini kita bisa melihat mengenai urgensi bawang putih ini. Bahwa sebenarnya ada pihak-pihak yang sepertinya sangat menginginkan kita impor Bawang Putih, sehingga upaya untuk meningkatkan produksi dalam negeri jadi nomor dua atas nama stabilisasi harga.