Lihat ke Halaman Asli

Andaikan Budi Setiyanto Membaca Puisi Subagio Sastrowardoyo

Diperbarui: 6 September 2019   18:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Oleh Syukur Budiardjo

Tulisan Endro S Efendi di Rubrik Sosbud "Kompasiana" 16 Agustus 2019  berjudul "Ini 7 Penyebab Dosen UGM Gantung Diri", sangat menarik perhatian.  Mengutip berita dari Tribunenews.com yang mewartakan seorang dosen teknik elektro Universitas Gajah  Mada (UGM), Budi Setiyanto (55),  meninggal dunia karena gantung diri dengan tambang, Endro S Efendi mengajukan tujuh penyebab masalah yang membuat seseorang mengalami persoalan dan kondisi psikologisnya sangat terganggu, dari sisi teknologi pikiran.

Pertama adalah menghukum diri sendiri. Kedua, pegalaman masa lalu. Ketiga, adanya konflik internal. Keempat, masalah yang belum terselesaikan. Kelima, ada keuntungan atau manfaat tersendiri dari persoalan itu. Keenam, identifikasi atau meniru. Ketujuh, penanaman kepercayaan atau keyakinan.

Apa yang dilakukan Budi Setiyanto adalah pengulangan peristiwa yang serupa yaitu bunuh diri. Ini seperti yang pernah dilakukan oleh Chester Bennington. Chester Bennington, vokalis utama Linkin Park, mengakhiri hidupnya dengan menggantung diri dalam usia 41 tahun. Dia lebih memilih jalan demikian dalam mencatatkan sejarah hidupnya.

Membaca Puisi "Sajak"

Namun, barangkali sejarah hidu mereka akan menjadi lain andaikan imereka membaca puisi attau sajak Subagio Sastrowardoyo, sastrawan Indonesia garda depan. Setelah membaca puisi "Sajak" (Dan Kematian Makin Akrab 1995), mereka tentu tak memiliki keinginan bunuh diri. Bahkan, mereka akan mengurungkan niat menggantung diri itu karena ia teringat bait terakhir puisi "Sajak" ini.

Sastrawan Subagio Sastrowardoyo (1 Februari 1924 - 18 Juli 1995) yang merupakan sastrawan penyair, cerpenis, kritikus, dan esais terkemuka, menulis puisi "Sajak" berikut ini.

SAJAK

Apakah arti sajak ini
Kalau anak semalam batuk-batuk
bau vicks dan kayuputih
melekat di kelambu.
Kalau istri terus mengeluh
tentang kurang tidur, tentang
gajiku yang tekor buat
bayar dokter, bujang dan makan sehari.
Kalau terbayang pantalon
sudah sebulan sobek tak terjahit.

 Apakah arti sajak ini
Kalau saban malam aku lama terbangun:
hidup ini makin mengikat dan mengurung.
Apakah arti sajak ini:
Piaraan anggerek tricolor di rumah atau
pelarian kecut ke hari akhir?

Ah, sajak ini,
mengingatkan aku kepada langit dan mega.
Sajak ini mengingatkan kepada kisah dan keabadian.
Sajak ini melupakan aku kepada pisau dan tali.
Sajak ini melupakan kepada bunuh diri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline