Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Gimana Sih Cara Pekerja Jadi Peserta Dana Pensiun?

Diperbarui: 2 Oktober 2021   07:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Pribadi

Katanya sih pernah ikut seminar dana pensiun saya. Tiba-tiba ada orang muda yang telepon saya. Setelah memperkenalkan diri, dia bilang ke saya: "Pak, salam kenal. Saya seorang pekerja. Intinya begini Pak, saya ingin mulai menabung untuk pensiun saya. Karena kerja kan tidak selamanya. Bla ... bla ... bla ...".  Begitulah dia bilang panjang lebar.

Lalu saya jawab ke dia, "Wahh bagus banget itu Mas. Ya sudah mulai saja jadi peserta program DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan). Pilih saja yang ada di pasaran. Bagus itu, selagi kerja berani mulai nabung untuk masa pensiun. Jarang-jarang ada pekerja mau menyiapkan masa pensiunnya sendiri. Silakan Mas, jangan dituna lagi"

Dia lalu bilang lagi, "Begini Pak tapinya, saya belum tahu mau menyisihkan berapa per bulannya buat dana pensiun. Baru niat saja mau punya program pensiun. Makanya tanya bapak dulu. Mohon arahannya Pak".

Maka dengan santai saya menjawab "Begini saja Mas, daftar saja dulu ke DPLK. Berapa per bulan iuran sesuaikan saja dengan kemampuan ya. Asal segera ekskusi punya dana pensiun. Apalagi niatnya sudah bagus. Program pensiun bukan hanya niat Mas. Tapi butuh eksekusi, alias harus dimulai sejak dini. Asal mau sisihkan dana untuk masa pensiun nantinya. Jangan udah punya niat tapi tidak dilakukan. Mana mungkin masa pensiun sejahtera. Seperti di Bapak purnawirawan yang jadi manusia silver lho".

Sambil agak tersenyum, dia masih ngomong lagi. "Terus Pak, nanti saat bayar iuran bulanan untuk pensiun. Bila saya tidak bisa bayar atau lupa, gimana? Apa saya ditagih semuanya iuran pensiun saya? Soalnya saya pengen punya program pensiun. Tapi belum tahu caranya?"

"Loh, si Mas kerja kan?" tanya saya lagi, dia pun menjawab "Iya kerja Pak, di sebuah kantor di Jl. Sudirman tapi hanya pegawai biasa".

"Ohhh itu gak masalah. Daftar saja dulu Mas ke DPLK untuk punya program pensiun ya. Soal iuran semampunya saja bisa 100 ribu atau 200 ribu. Usahakan disiplin setiap bulan sisihkan iuran pensiunnya. Tapi bila lupa pun tidak masalah. Karena iuran yang tidak dibayarkan di program pensiun bukan dianggap utang Mas. Kan DPLK sukarela jadi tidak masalah. Asal muali saja dulu jadi peserta DPLK ya biar masa pensiunnya uangnya cukup. Jadi, daftar saja dulujadi peserta ya sekarang" lanjut ceramah saya begitu.

Lalu dia berkata lagi. "Pak Syarif , maaf ya. Bisa tidak bantu saya hubungi DPLK-nya. Biar saya  isa tanya juga gimana caranya jadi peserta DPLK itu? Saya takut gak bisa bayar iuran setiap bulan. Maklum Pak, kan banyak kebutuhan biar anak muda juga. Takut jadi berat saja".

Tensi saya pun mulai naik. Maunya apa si anak muda. Mau jadi peserta DPLK atau nanya doang. Maka saya jawab lagi. "Begini ya Mas, kalau mau punya program pensiun. Mau jadi peserta DPLK lakukan saja dulu. Daftar ke DPLK, nanti tanya di sana ya. Pekerja muda kayak Mas itu bagus bila mau menyisihkan gaji untuk masa pensiun. Eksekusi saja dulu. Jangan mikir yang macam-macam. Bukan saya tidak mau bantu. Si Mas mau jadi peserta DPLK saja nanya melulu. Padahal belum jadi peserta. Gimana mau pensiun sejahtera? Belum jadi peserta sudah banyak yang dipikirkan?".

Ehh dia masih berkilah. "Ohh ya udah, Pak Syarif. Kalau Bapak tidak mau bantu, nanti saya pikirkan lagi deh untuk jadi peserta DPLK. Kalau masalah pensiun sih, gimana nanti saja ya Pak. Terima kasih ya Pak"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline