Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Literasi Laki-laki

Diperbarui: 11 Maret 2021   12:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebut saja, kami. Seorang ayah dan kedua anak laki-lakinya.

Kami, memang tidak seganteng Rio Dewanto, tidak pula sekalem Tom Hiddleston. Tidak selucu Cak Lontong, dan tidak sekaya Sandiaga Uno. Tapi kami, laki-laki tang punya komitmen dan sikap yang sama "peduli terhadap pendidikan".

Karena kami percaya. Salah satu amal yang terus mengalir sampai nanti di surga. Adalah ilmu yang bermanfaat. Ilmu yang ditebarkan, ke bumi tempat berpijak. Bukan bekal harta, pangkat apalagi omongan semata.

Tahun 2006 dulu, saat saya tuntaskan S2. Kedua anak laki-laki saya masih kecil. Lalu 13 tahun kemudian, tahun 2019. Anak laki-laki ke-1 saya, sang perfecto, pun menuntaskan S1 di usia 22 tahun. Seperti di foto ini. Dan kini, di tahun 2021. Kami bertiga, sama-sama berstatus mahasiswa. Anak ke-1, Sang Perfecto tercatat mahasiswa S2 - TI di Univ. Gunadarma walau sambil bekerja di kesehariannya. Anak ke-2, Sang Maestro sebagai mahasiswa S1 -- Aktuaria di Universitas Brawijaya (UB) Malang atas beasiswa dari seorang aktuaris beken di Indonesia. Dan saya pun mahasiswa S3 -- MP di Universitas Pakuan Bogor atas beasiswa dari Unindra, kampus tempat saya mengajar.

Sebagai seorang ayah. Saya tidak pernah menyeting anak-anak mau jadi apa? Tidak pula harus jadi seperti yang saya mau. Saya hanya memfasilitasi dan mendidiknya dengan keteladanan. Belajar melalui contoh konkret. Sibuk dengan tujuan hidup sendiri. Bukan sibuk dengan urusan orang lain. Selalu ikhtiar untuk menyiapkan anak-anak agar mampu bertahan hidup dengan kemampuannya. Dan tidak menyusahkan orang lain pada zamannya nanti.

Buat saya sederhana. Seburuk-buruk manusia adalah mereka yang tidak menggunakan pendidikannya untuk mengejar cita-cita. Manusia yang terlalu cepat berhenti belajar. Lalu menyalahkan keadaan dan orang lain.

Kami pun menyebut "literasi laki-laki".

Laki-laki yang sadar diri. Bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Selain gentle, laki-laki pun harus berani untuk menjadi lebih baik. Lebih baik dari yang kemarin. Sambil bersiap untuk hari esok agar lebih bermanfaat.

Kami tidak tahu tentang orang lain. Tapi kami tahu. Bahwa "pendidikan adalah bekal terbaik untuk perjalanan hidup". Salam literasi #KampanyeLiterasi #TBMLenteraPustaka #TamanBacaan

Sumber: Pribadi




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline