Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Kenapa Saya Benci Taman Bacaan?

Diperbarui: 29 Januari 2021   08:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: TBM Lentera Pustaka

Pak, apakah ada orang yang benci taman bacaan? Begitu tanya seorang pegiat literasi nun jauh di sana ke saya.

Maka saya jawab, tentu dan pasti ada. Sekalipun taman bacaan bersifat sosial, pasti ada orang yang tidak suka. Karena memang begitu hukumnya. Selalu ada yang suka, ada pula yang benci. Itu biasa terjadi di mana saja, termasuk di taman bacaan. Lagi pula, taman bacaan tidak bisa memilih orang yang benci atau suka. Itu urusan mereka, bukan urusan taman bacaan.

Jangankan di taman bacaan, di dekat kita saja. Pasti ada orang yang gemar membenci, bergosip, bahkan berprasangka buruk. Itulah ciri orang-orang yang energi hidupnya negatif. Orang-orang yang merasa dia benar, sementara orang lain salah. Dan itu sah-sah saja.

Sebut saja namanya "haters" alias pembenci. Haters itu nyata dan ada. Enggak peduli sebaik apa pun kita, sebaik apa pun taman bacaan. Tetap saja haters enggak bisa disingkirkan. Namanya juga orang benci kan tidak bisa dilarang. Itu urusan mereka, bukan kita.

Seperti di media sosial, haters juga ada di taman bacaan. Ya, begitulah! Haters memang sudah jadi bagian dari kehidupan manusia. Pesannya sederhana, bila kita yakin aktivitas taman bacaan itu baik maka kerjakanlah terus. Jangan habiskan waktu untuk menggubris para pembenci atau haters. Apalagi di taman bacaan, siapa pun pegiat literasi harus tetap focus pada tujuan utamanya. Untuk meningkatkan tradisi baca dan budaya literasi melalui taman bacaan.

Nah, sekadar tips. Inilah cara elegan menghadapi orang yang benci atau haters di taman bacaan:

1. Tetap tenang, jangan terusik dan tidak perlu digubris. Anggap saja haters di taman bacaan sebagai tantangan, pemicu untuk lebih maju lagi. Taman bacaan sebaiknya tetap fokus pada tujuannya.

2. Bersikap elegan dan biasa saja. Biarkan para haters sibuk dengan urusannya dan taman bacaan tetap menebar kebaikan melalui buku bacaan.

3. Jadikan sebagai momen untuk intropeksi diri dna evaluasi. Karena kebaikan di taman bacaan ternyata tetap "dihantui" orang-orang yang membenci. Maka menjadi saat yang tepat untuk memperbaiki diri, di samping tetap sabar dan ikhlas.

4. Hiraukan dan tidak perlu digubris. Ibarat pepatah, "anjing menggonggong, khafilah berlalu". Hingga nanti mereka capek sendiri dna doakan saja mendapat petunjuk ke jalan yang baik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline