Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Beruntung, Bila Anda Tidak Suka Menonton Televisi

Diperbarui: 26 Maret 2020   14:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: Media Indonesia - Opini 26 Agustus 1995

Di musim wabah virus corona begini, banyak orang menghabiskan waktu di rumah untuk menonton televisi (tv). Apalagi disuruh #DiRumahAja. Setelah makan, minum, main gawai, hidup makin paripurna bila gemar menonton tv, begitu kata banyak orang.

Sementara banyak orang merasa iri terhadap orang lain yang hanya menonton tv. Saya justru berbalik katakan, "beruntung, bila Anda tidak suka menonton tv".

Menonton tv, memang jadi kegiatan favorit di rumah-rumah. Dari anak-anak sampai orang dewasa. Alasannya, untuk mengisi waktu dan buat hiburan. 

Alhasil, studi Nielsen (2018) menyebut orang Indonesia mampu habiskan waktu menonton tv rata-rata 5 jam setiap harinya. Sementara berselancar di dunia maya rata-rata 3 jam 14 menit per hari, disusul mendengarkan radio 2 jam 11 menit. Sedangkan membaca koran hanya 31 menit dan membaca majalah hanya 24 menit. Pantas tradisi membaca kian jeblok.

Maka beruntung, bila Anda tidak suka menonton tv, seperti saya pun demikian. Mengapa?

Sebab terlalu banyak menonton tv, secara tidak sadar, dapat mengganggu kesehatan mental. Terjebak pada aktivitas gaya hidup yang tidak sehat. Tidak bisa dibantah, menonton tv pun membuang waktu secara sia sia; sama sekali tidak produktif.

Menonton TV jelas berbahaya. Hasil studi menyebutkan, dampak menonton TV dua jam sehari saja dapat membuat orang merasa gelisah. Apalagi naka-anak. Risiko depresinya sangat besar dan gangguan ansietas. Keadaan tegang yang berlebihan atau tidak pada tempatnya. Selalu khawatir, cemas, tidak menentu atau takut. Coba tanya deh ke mereka yang suka menonton TV.

Pada kolom opini tulisan saya, di Harian Media Indonesia 26 Agustus 1995 -- 25 tahun lalu, saya menyebutkan kebanyakan menonton TV bisa menimbulkan "Krisis Spiritual". Setidaknya, ada 4 (empat) krisis spiritual yang dialami orang yang gemar menonton TV yaitu:

1. Krisis informasi akibat melimpahnya informasi yang diterima tanpa ada eksekusi. Maka spritualnya galau gelisah, Makin banyak informasi yang direpoleh, makin bingung makin khawatir.

2. Krisis imajinasi sosial akibat banyaknya mencerna bahasa hiperbola dan pleonasme. Sehingga gagal aktualisasi diri secara sosial. Hidupnya dalam fantasi tanpa aksi sosial apapun.

3. Krisis budaya akibat ajaran gaya hidup dan perilaku yang menyimpang. Jadi lebih gemar sensasi daripada esensi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline