Lihat ke Halaman Asli

Syarif Yunus

Dosen - Penulis - Pegiat Literasi - Konsultan

Berpikir Bijaksana Tapi Tindakan Ceroboh

Diperbarui: 4 Juli 2017   02:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Balik lagi nih. Soal terlalu cepat menyimpulkan.

TERLALU CEPAT MENYIMPULKAN terjadi karena pikiran bijaksana tapi tindakan ceroboh.

Ceroboh banget sih. Kalo apa-apa itu terlalu cepat disimpulkan. Apalagi kalo sampe penikaman polisi dianggap "setingan". Kok bisa mikirnya sampe kayak gitu?

Gak tahu kenapa ya. Zaman makin maju gini. Tapi malah makin banyak orang yang modalnya kebenaran kecil "mengaku" sebagai pemilik kebenaran mutlak. Merasa militan, merasa fanatis padahal baru "belajar" kemarin. Abis itu, semua yang beda dianggap salah. Dia doang yang bener. Emangmau ke surga sendirian doang ya.

Pernah ngeliat gak orang yang jingkrak-jingkrak di jalanan sambil teriak-teriak gak? Mungkin sebagian besar bilang itu orang sakit jiwa. Sayang kesimpulan itu salah. Salah banget. Karena orang itu justru saking senengnya "baru" bisa ngeliat pemandangan yang begitu indah. Dia udah 20 20 tahun lebih gak bisa ngeliat karena buta. Baru seminggu dapat "donor mata". Wajar dong, jingkrak-jingkrak kegirangan.

Hati-hati, jangan terlalu cepat menyimpulkan. Apalagi memvonis.

Sesuatu yang jelek itu belum tentu musibah. Sesuatu yang baik itu belum tentu anugerah. Karena kita, cuma manusia, gak pernah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya? Kita gak tahu apa yang akan terjadi sesudahnya.

Eling dikit. Gak usah terlalu cepat menyimpulkan

Kalo kita yang "pembenci", kenapa orang lain yang dihujat? Kalo kita yang "pendendam", kenapa orang lain yang dicaci-maki? Gak ciamikk ahh.


Sungguh ceroboh. Kalo terlalu cepat menyimpulkan. Modalnya cuma amarah, emosi dan pikiran negatif doang.


Kawan, gak semua hal kok bisa disimpulkan.

Namanya juga proses. Sabar, ikutin aja dulu. Bisa pahit di depan manis di belakang. Atau sebaliknya, bisa manis di depan pahit di belakang. Gak semua kok yang kita lihat, yang didengar, yang dirasakan bisa disimpulkan. Jangan dong, disamaratakan. Apalagi takarannya cuma otak atau akal kita yang belum tentu mumpuni banget.

Kadang-kadang, gak semua yang terjadi bisa dihubung-hubungkan. Apalagi disimpulkan terlalu cepat. Terkadang juga, kita perlu membiarkan suatu kejadian tetap berdiri sendiri-sendiri. Agar, kita bisa belajar dan mengambil hikmahnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline