Lihat ke Halaman Asli

M Syamsiro

Pemungut Sampah, Pemanen Energi

Puasa, Lebaran dan Persoalan Sampah

Diperbarui: 23 Juni 2019   21:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Baru saja kita melewati bulan suci yang penuh berkah dan ampunan, yaitu Bulan Ramadhan, yang merupakan bulan suci bagi umat Islam di Indonesia dan seluruh dunia. Sampai akhirnya kita memasuki hari kemenangan setelah berpuasa sebulan penuh, yaitu Hari Raya Idul Fitri dimana sebagian besar masyarakat Indonesia melakukan ritual mudik ke kampung halaman untuk bertemu sanak saudara dan bersilaturahmi dengan tetangga dan sahabat dekat semasa kecil.

Namun di sisi lain yang seringkali luput dari perhatian banyak orang selain persoalan ibadah ritual adalah permasalahan sampah. Pada bulan puasa malah terjadi kenaikan jumlah sampah yang dihasilkan oleh masyarakat. Padahal ketika menjalani puasa, seharusnya konsumsi makanan berkurang yang tentunya berimbas pada menurunnya jumlah sampah yang dihasilkan. 

Tetapi fenomena sebaliknya malah terjadi di masyarakat, dimana konsumsi masyarakat meningkat dan sampah yang dihasilkan juga meningkat cukup signifikan. Apalagi fenomena acara buka bersama yang sebagian besar masyarakat masih menggunakan kardus makanan dan gelas plastik sekali pakai sehingga secara otomatis meningkatkan jumlah sampah yang harus dibuang oleh masyarakat.

Setelah bulan puasa berakhir dan memasuki Hari Lebaran, fenomena sampah masih menjadi momok bagi kota-kota di daerah. Arus mudik jutaan orang dari kota-kota besar ke daerah tentunya akan juga membawa persoalan sampah sampai ke daerah. 

Sebagai gambaran saja, sampah Jakarta yang mencapai enam ribuan ton per hari, selama masa Lebaran akan terdistribusi ke kota-kota kecil di daerah sesuai dengan tujuan pemudik. 

Jadi bisa dibayangkan bagaimana sampah yang begitu banyak dihasilkan di kota-kota besar, akan dialihkan ke daerah yang belum tentu siap secara infrastruktur, termasuk di kota Jogja dan daerah sekitarnya. 

Apalagi ada persoalan beberapa waktu lalu terkait tempat pengolahan sampah terpadu (TPST) Piyungan dimana warga tidak bisa membuang sampahnya di lokasi tersebut. Kalau hal tersebut tidak diantisipasi secara dini, tentunya akan memunculkan permasalahan di masa yang akan datang.

Penanganan Sampah

Ada dua poin penting persoalan sampah selama masa bulan puasa dan libur lebaran. Yang pertama adalah sampah yang dihasilkan selama bulan puasa. Ke depan perlu dibuat regulasi dari pemerintah daerah khususnya sampah yang dihasilkan terkait acara buka bersama dengan minimalisasi sampah, seperti mengurangi penggunaan kardus makanan, gelas plastik sekali pakai, dan lain-lain yang berpotensi meningkatkan timbulan sampah. 

Masyarakat juga harus diarahkan melalui pendekatan agama bahwasannya kebersihan adalah sebagian dari iman dan tentunya mengurangi sampah adalah bagian dari upaya peningkatan keimanan dan ketakwaan masyarakat.

Yang kedua adalah sampah yang dihasilkan selama libur lebaran dimana banyaknya pemudik yang pulang kampung akan semakin meningkatkan potensi timbulan sampah. Penulis mengusulkan ada skema subsidi antar pemerintah daerah (Pemda), dimana Pemda kota-kota besar seperti DKI Jakarta memberikan subsidi kepada daerah-daerah yang menjadi tujuan mudik untuk pengelolaan sampah di daerah. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline