Lihat ke Halaman Asli

Syaiful Rahman

TERVERIFIKASI

Pelajar

Di Setiap Kebuntuan, Pasti Ada Celah

Diperbarui: 3 April 2024   20:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber Gambar: www.pexels.com

Terkadang kita menghadapi masalah yang pelik. Sampai-sampai kita merasa tak menemukan jalan keluar. Semua jalan terasa buntu. Semua pintu terasa tertutup.

Ke mana pun kita minta solusi, tak ada satu pun yang jitu. Ujung-ujungnya hanya disuruh bersabar. Lalu diberi ceramah hingga beberapa jam. Sementara kebuntuan tetap saja tak terpecahkan.

Di sinilah sebenarnya kita ditantang untuk mengubah cara pandang. Kita diuji untuk lebih jeli melihat peluang. Bukankah kata Tuhan dalam Al-Qur'an bersama kesulitan ada kemudahan? 

Jika kita yakin kepada Tuhan, tentu kita juga yakin terhadap firman itu. Sungguh aneh bila keyakinan kita hanya berlaku setengah-setengah. Kalaupun keyakinan kita memang demikian, saatnya kita review dan memantapkan lagi keyakinan kita.

Tuhan tak pernah ingkar janji. Tuhan selalu memberikan jalan terbaik untuk umat manusia. Meskipun acap kali petunjuk itu kita abaikan. Atau terkadang, kita tertutup ego sehingga tak mampu melihat petunjuk Tuhan.

Sebagai contoh kisah Nabi Musa as. Ketika Nabi Musa dikejar oleh Fir'aun dan bala tentaranya, Nabi Musa as menghadapi kebuntuan. Dia sudah berada di pinggir lautan dan tak menemukan jalan lagi.

Namun, apa yang terjadi? Tuhan menunjukkan ke-Mahakuasaan-Nya. Tuhan memerintahkan Nabi Musa as untuk memukulkan tongkatnya ke air laut. Tak lama kemudian, air laut itu pun pecah sehingga terbentuk jalan untuk Nabi Musa as dan kaumnya.

Oleh karena itu, ikhtiar dan doa harus dijadikan kunci. Keduanya adalah dua mata uang yang tidak boleh dipisahkan. Baik secara psikis maupun nonpsikis, keduanya memiliki efek yang luar biasa.

Ikhtiar tanpa doa rentan terhadap kesombongan dan keputusasaan. Bila dia berhasil maka dia akan menganggap keberhasilan yang diperoleh adalah akibat ikhtiarnya semata. Dia rentan mengaku dirinya (baik secara eksplisit maupun implisit) memiliki kekuatan untuk mencapai itu. Padahal sebenarnya tiada daya dan upaya kecuali atas izin Tuhan. 

Akan tetapi, bila dia mengalami kegagalan dalam ikhtiarnya, dia akan mudah berputusasa. Dia tidak memiliki sandaran yang kokoh. Dia tak memiliki pegangan saat gelombang menghantamnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline