Lihat ke Halaman Asli

Syahrani

Baiknya segera memulai. Berhenti berandai-andai.

Fokus Menatap Garis Finish

Diperbarui: 1 Oktober 2022   05:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Masih ingat dengan Freddy Budiman? Seorang gembong narkoba yang di eksekusi mati, 6 tahun yang lalu. Siapa yang menyangka sebelum kematiannya, Ia mengucap dua kalimat syahadat dan sempat 7 kali mengkhatamkan Al-Qur'an.

Seringkali kita menilai salah kepada orang lain, padahal yang salah itu belum tentu selamanya. Bisa saja ketika start nya salah namun menjelang finishnya dia benar.

Kata guru Saya, hidup itu laksana lomba lari. Startnya di alam rahim, finisnya adalah kematian. Sebelum sampai ke garis finish semuanya masih mungkin. Semua orang punya kesempatan.

Namun sayangnya, banyak sekali orang yang tidak fokus pada larinya sendiri. Ia kadang menoleh kesampingnya, memperhatikan peserta lainnya, memperhatikan para penonton dan orang-orang disekitarnya.

Terkadang dalam berlari, kita masih sempat memperhatikan orang yang enggan bersedekah misalnya. Kita cap dia orang yang pelit. Padahal yang enggan itu belum tentu tidak mau. Bisa saja saat itu Ia lagi betul-betul tidak punya uang. Sering juga kita menilai orang yang punya kehidupan wah dengan mengatakan, "mending disedekahin uangnya daripada dihamburin." Padahal siapa tau orang itu juga sudah bersedekah sebelumnya dengan jumlah yang banyak.

Itulah diri kita...

Kita juga sering jemawa atau angkuh dalam berlari, seolah-olah paling cepat dibandingkan yang lain, merasa paling benar karena sudah melakukan banyak kebaikan. Namun siapa yang bisa menjamin keistiqomahannya? Hari ini sering ke majelis taklim, sering ke masjid, besok-besok? Apakah masih bisa dipastikan bakal rajin?

Yang punya amalan banyak, jangan sombong. Yang punya amalan sedikit, jangan berputus asa.

Semuanya masih sama-sama berlari hingga menuju finish. Fokuslah pada diri sendiri, sibukkan diri kita dengan menyadari kekurangan kita, menyadari banyaknya dosa-dosa kita, menyadari aib-aib kita yang sampai hari ini masih Allah tutupi.

Yang diam, belum tentu tidak tahu

Yang enggan, belum tentu tidak mau.

Yang salah, belum tentu selamanya.

Yang benar, siapa yang menjamin keistiqomahannya.

Mari persiapkan bekal kita untuk menuju garis finish.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline