Lihat ke Halaman Asli

Sutomo Paguci

TERVERIFIKASI

Advokat

Mengapa Semangat Nulis Tema Agama?

Diperbarui: 25 Juni 2015   03:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Aku punya jawaban mana suka tapi cukup menarik, setidaknya menurutku, berdasarkan pengamatan sehari-hari. Yakni, karena beragama masih taraf dominan emosi. Emosi itu yang menggerakkan orang untuk berkarya, termasuk menulis dan berdebat berminggu-minggu tanpa jelas kesimpulannya.

Ketika beragama sudah taraf rasio-spiritual-kontemplatif, semua menjadi...lagi mikirkan kata yang pas untuk situasi yang hendak kugambarkan...menjadi....menjadi....aduh! Lupa. Sial!

Lah, mengapa begitu semangat nulis tema nasi uduk (baca: campur aduk)? Ya, sama. Karena menulis baru taraf dominan emosi. Tulisan tentang nasi uduk aja pakai acara meledak-ledak dengan imajinasi liar tak terkontrol. Jika nulis sudah sepenuhnya rasio-spiritual-kontemplatif (ini istilah apaan ya?), sekenanya aja deh, maka tulisan sepenuhnya 'dingin', serius, tapi terang benderang.

Tulisan dengan emosi akan menyentuh sisi emosi. Tulisan dengan dominasi rasio akan menyentuh sisi rasio. Dalam sejarah peradaban manusia modern, hanya karya rasio yang mampu jadi lampu penerang zaman. Uhuk! Maaf.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline