Lihat ke Halaman Asli

Nostalgia Masa Kecil Mengunjungi Dugderan

Diperbarui: 19 April 2021   04:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Warak (sumber: tribunnews.com)

Bicara mengenai nostalgia masa kecil saat bulan Ramadan, pasti tidak lepas dari kota kelahiran saya, Semarang. Saya dilahirkan hingga dibesarkan tumbuh dan berkembang di kota Semarang. Tentu semua kenangan masa kecil atau masa kanak-kanak tak lepas dari budaya yang berkembang di kota Semarang.

Sudah menjadi suatu tradisi bahwa sepekan sebelum bulan Ramadan dimulai festival atau pasar malam rakyat yang dinamai Dugderan. Dugderan berlangsung kira-kira satu bulan lamanya dan berakhir kira-kira sepekan sebelum Idul Fitri atau Lebaran. 

Pada pasar malam rakyat ini banyak dijual barang-barang kebutuhan Lebaran seperti pakaian, sepatu, sandal, pici, kue kering dan mainan anak-anak. 

Dugderan diadakan di lokasi pusat kota Semarang yaitu di dekat Pasar Johar dan masjid besar Kauman. Saat saya masih kanak-kanak hanya ada pasar malam rakyat saja, namun kini sudah menjadi festival budaya. 

Pembukaan Dugderan kini diawali dengan pawai atau kirab budaya penari-penari dengan mengarak warak ngendog raksasa dari kantor Walikota Semarang menuju masjid besar Kauman. Warak adalah sejenis mainan  terbuat dari bambu dan kertas warna warni yang berbentuk satwa singa berkepala naga. 

Warak selalu menjadi ciri khas dari festival Dugderan. Sementara nama Dugderan sendiri diambil dari perpaduan suara bedug saat ditabuh 'dug' dan 'der' dari suara petasan yang disulut guna menandai waktu berbuka puasa tiba. Jadi, setiap sore hari di masjid besar Kauman selalu disulut petasan dan ditabuh bedug guna menandai berakhirnya puasa pada hari itu dan umat Islam yang menjalankan ibadah puasa boleh mulai berbuka puasa.

Keluarga saya memiliki toko batik di rumah yang pada bulan Ramadan selalu ramai dikunjungi orang-orang dari desa di sekitar kota Semarang. Jadi warga desa pergi ke kota atau setelah dagangannya habis, mereka menyempatkan belanja sarung bagi kaum pria, kain bagi kaum wanita dan sarung serta kain untuk anak-anak mereka. Mereka belanja pakaian baru untuk nanti dikenakan pada hari Lebaran.

Karena toko selalu ramai, anak-anak juga diminta membantu orang tua, salah satu pekerjaan yang mudah dan bisa kami lakukan adalah menjaga peti uang, karena toko kami toko kecil yang tidak memiliki ruang pembayaran atau kasir khusus.  Jadi setiap terjadi transaksi penjualan, kami bertugas menerima pembayaran dan kadang memberikan uang pengembalian bila uang yang yang dibayarkan lebih besar dari nilai transaksi.

Kami rajin membantu pekerjaan orang tua kami, karena kami diberi janji untuk diajak pergi mengunjungi festival Dugderan. Bagi kami yang masih anak-anak diberi janji pergi ke festival Dugderan, artinya kami akan dibelikan mainan baru.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline