Mohon tunggu...
Sutiono Gunadi
Sutiono Gunadi Mohon Tunggu... Purna tugas - Blogger

Born in Semarang, travel-food-hotel writer. Movies, ICT, Environment and HIV/AIDS observer. Email : sutiono2000@yahoo.com, Trip Advisor Level 6 Contributor.

Selanjutnya

Tutup

Kurma

Nostalgia Masa Kecil Mengunjungi Dugderan

19 April 2021   04:13 Diperbarui: 19 April 2021   04:36 684
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Warak (sumber: tribunnews.com)

Bicara mengenai nostalgia masa kecil saat bulan Ramadan, pasti tidak lepas dari kota kelahiran saya, Semarang. Saya dilahirkan hingga dibesarkan tumbuh dan berkembang di kota Semarang. Tentu semua kenangan masa kecil atau masa kanak-kanak tak lepas dari budaya yang berkembang di kota Semarang.

Sudah menjadi suatu tradisi bahwa sepekan sebelum bulan Ramadan dimulai festival atau pasar malam rakyat yang dinamai Dugderan. Dugderan berlangsung kira-kira satu bulan lamanya dan berakhir kira-kira sepekan sebelum Idul Fitri atau Lebaran. 

Pada pasar malam rakyat ini banyak dijual barang-barang kebutuhan Lebaran seperti pakaian, sepatu, sandal, pici, kue kering dan mainan anak-anak. 

Dugderan diadakan di lokasi pusat kota Semarang yaitu di dekat Pasar Johar dan masjid besar Kauman. Saat saya masih kanak-kanak hanya ada pasar malam rakyat saja, namun kini sudah menjadi festival budaya. 

Pembukaan Dugderan kini diawali dengan pawai atau kirab budaya penari-penari dengan mengarak warak ngendog raksasa dari kantor Walikota Semarang menuju masjid besar Kauman. Warak adalah sejenis mainan  terbuat dari bambu dan kertas warna warni yang berbentuk satwa singa berkepala naga. 

Warak selalu menjadi ciri khas dari festival Dugderan. Sementara nama Dugderan sendiri diambil dari perpaduan suara bedug saat ditabuh 'dug' dan 'der' dari suara petasan yang disulut guna menandai waktu berbuka puasa tiba. Jadi, setiap sore hari di masjid besar Kauman selalu disulut petasan dan ditabuh bedug guna menandai berakhirnya puasa pada hari itu dan umat Islam yang menjalankan ibadah puasa boleh mulai berbuka puasa.

Keluarga saya memiliki toko batik di rumah yang pada bulan Ramadan selalu ramai dikunjungi orang-orang dari desa di sekitar kota Semarang. Jadi warga desa pergi ke kota atau setelah dagangannya habis, mereka menyempatkan belanja sarung bagi kaum pria, kain bagi kaum wanita dan sarung serta kain untuk anak-anak mereka. Mereka belanja pakaian baru untuk nanti dikenakan pada hari Lebaran.

Karena toko selalu ramai, anak-anak juga diminta membantu orang tua, salah satu pekerjaan yang mudah dan bisa kami lakukan adalah menjaga peti uang, karena toko kami toko kecil yang tidak memiliki ruang pembayaran atau kasir khusus.  Jadi setiap terjadi transaksi penjualan, kami bertugas menerima pembayaran dan kadang memberikan uang pengembalian bila uang yang yang dibayarkan lebih besar dari nilai transaksi.

Kami rajin membantu pekerjaan orang tua kami, karena kami diberi janji untuk diajak pergi mengunjungi festival Dugderan. Bagi kami yang masih anak-anak diberi janji pergi ke festival Dugderan, artinya kami akan dibelikan mainan baru.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun