Lihat ke Halaman Asli

Review Film Ode to My Father, Film Korea yang Sarat Nilai Kemanusiaan

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14244328361450211311

Film Korea Selatan tidak selalu menampilkan gangnam style, tetapi dapat juga berupa film yang meluluh lantakkan emosi bahkan menguras air mata penontonnya. Film yang di produksi di tahun 2014 dan diedarkan perdana pada tanggal 17 Desember 2014 berhasil menggapai prestasi sebagai film dengan pendapatan tertinggi ke dua dalam sejarah perfilman Korea Selatan dengan meraih penjualan tiket sebanyak 13.1 juta lembar.

Sebagai sebuah film dengan genre drama-perang, film ini dibintangi oleh Hwang Jung Min (Yoon Dook-soo), Yunjin  Kim (Young Ja), Jun Jing Young (ayah Dook-soo), Jong Young Nam (ibu Dook-soo), Ra Mi-ran (bibi Dook-soo), Shin Rin-ah (Mak-soon), dan Oh Dal Su (Dal-goo). Film yang diproduksi oleh CJ Enterprise ini memasang sutradara film kenamaan Yoon Je Kyoon.

Film yang mengangkat kisah nyata manusia biasa dan menggambarkan suasana Korea Selatan di tahun 1950 hingga saat ini. Manusia biasa ini mengalami kepahitan kehidupan di kala terjadi evakuasi Hungnam di tahun 1951 sebagai akibat dari Perang Korea. Film ini menggambarkan pula dampak dari keputusan Pemerintah yang mengirim tenaga perawat dan pekerja tambang ke Jerman pada tahun 1960 serta Perang Vietnam.

Pada peristiwa evakuasi Hungnam pada tahun 1951 dalam Perang Korea ada ribuan pengungsi dari Utara ke Selatan dengan bantuan kapal perang Amerika Serikat. Salah satu dari para pengungsi itu adalah seorang anak laki-laki bernama Dook-soo yang selalu menggandeng erat dan menggendong adik perempuannya, Mak-soon. Akibat Mak-soon terlepas dari gendongan Dook-soo, maka sang ayah bertekad mencari puterinya, dan minta dengan sangat kepada Dook-soo untuk mengawal ibu dan dua adiknya menuju pelabuhan Busan, guna menemui sang bibi yang memiliki toko di sana. Dook-soo diminta bersumpah oleh sang ayah, agar selalu mengingat toko itu sebagai titik pertemuan suatu hari nanti.

Dook-soo kecil akhirnya menjadi kepala rumah tangga termuda dan harus berjuang keras guna menghidupi keluarganya. Pada tahun 1960 ketika masalah keuangan membelit keluarga tersebut, karena keluarga ini harus membiayai kuliah adiknya di universitas, akhirnya memaksa Dook-soo untuk menerima tawaran pekerjaan sebagai buruh tambang di Jerman, iapun pergi bersama temannya, Dal-goo.

Diperantauan di benua Eropa ini, Dook-soo jatuh cinta dengan seorang wanita pekerja imigran juga, yaitu Young Ja, seorang perawat. Akibat mengalami kecelakaan di pertambangan serta visanya habis, akhirnya memaksa Dook-soo meninggalkan Jerman dan kembali lagi ke Korea Selatan.

Young Ja beberapa bulan kemudian menyusul ke Korea Selatan dan memberitahukan Dook-soo bahwa ia sedang hamil mengandung anak akibat kisah kasih mereka di Jerman. Akhirnya mereka segera menikah dan mulai hidup bersama, hingga memiliki dua putra.

Beberapa tahun kemudian, bibi Dook-soo meninggal dunia. Paman Dook-soo yang sudah tua juga membutuhkan uang, dan berniat menjual tokonya, namun tidak disetujui oleh Dook-soo. Karena Dook-soo selalu ingat pada pesan ayahnya saat evakuasi Hungnam, agar menjadikan toko tersebut sebagai titik pertemuan. Guna mempertahankan toko tersebut, Dook-soo berniat membeli toko tersebut. Karena ia membutuhkan uang, maka ia memutuskan untuk ikut Perang Vietnam pada tahun 1970, dengan tujuan untuk membiayai pernikahan akbar adiknya serta untuk membeli toko bibinya dari sang paman.

Young Ja sebagai isteri serta ibunya sangat mengkawatirkan kondisi suami / anaknya, mengingat Perang Vietnam sangat berbahaya dan sudah memakan banyak korban. Namun Dook-soo terus meyakinkan isteri dan ibunya agar menyetujui niatnya tersebut. Dook-soo akhirnya dilepas berangkat ke medan Perang Vietnam, dan akhirnya harus kembali ke Korea Selatan dengan kaki pincang, akibat kena tembakan karena menolong penduduk desa melarikan diri dari kejaran pasukan Vietcong. Ironisnya gadis kecil yang terpisah dari kakak laki-lakinya, yang ditolongnya mirip dengan kasusnya saat Dook-soo mengalami evakuasi Hungnam, yang terpisah dari adik perempuannya.

Setelah membeli toko bibinya dari sang paman, Dook-soo mengoperasikan toko tersebut bersama isterinya. Dan pada tahun 1983 saat sebuah stasiun televisi yang terkenal dengan program yang berniat menyatukan keluarga yang terpisah akibat Perang Korea muncul, Dook-soo terpilih untuk mengikuti program televisi tersebut, tentunya dengan harapan dapat bertemu dengan ayahnya.

[caption id="attachment_369866" align="aligncenter" width="300" caption="Sumber : Ode to My Father (Dok : hancinema.net)"][/caption]

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline