Lihat ke Halaman Asli

Sonya Alkorisna

Sator Arepo Tenent Opera Rotas

Pace Mace, Gotong-royong Menyongsong Natal

Diperbarui: 24 Desember 2020   20:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto bersama pace Mace setelah selesai dekorasi. (Dokumen pribadi)

Natal identik dengan replika suasana kelahiran Yesus Kristus sedemikian rupa. Komponen tidak terpisahkan dalamnya ada lampu kerlip, pohon natal, dan kandang berisi minimal patung Keluarga Kudus. Itu semua hampir pasti ada dalam gereja seluruh dunia dari tahun ke tahun.  Aktivitas demikian sudah menjadi rutinitas menyongsong Natal bagi umat Kristiani.

Hal sama dilakukan pace-mace umat Stasi Santo Wilhelmus Memes, Keuskupan Agung Merauke. Seperti kemarin (Rabu, 23 Desember 2020) umat gotong-royong mendekorasi Natal dengan semarak tumbuhan.

Tumbuhan tersebut mudah sekali diambil dari rimba sekitar Kapela. Alhasil pohon pinang hutan, kembang sepatu, tumbuhan paku, anggrek memenuhi dinding kapela kami yang tidak memiliki penutup jendela. Hitung-hitung, tumbuhan tersebut menambah fungsi lain untuk mengurangi dingin angin yang sewaktu-waktu hadir memenuhi Kapela ketika ibadat sabda lewat jendela terbuka.

Tumbuhan lain yang digunakan adalah kelapa dan pisang dengan mengambil beberapa bagian yang dapat digunakan. Bagian tumbuhan yang digunakan adalah pucuk kelapa untuk membuat gantungan bintang dan ketupat di pohon pinang hutan yang telah diikat di selah bangku panjang Kapela oleh para mace.

Selain itu batang pisang dijadikan sebagai pengganti busa bunga agar bunga hutan tetap awet dan mudah ditata dengan bunga artificial yang telah berusia lebih dari satu dekade.

Kreasi mace-mace dari pucuk kelapa dan kondisi Kapela setelah gotong royong dekorasi. (Dokumen pribadi)

Kesederhanaan Natal bersama umat di pedalaman dengan akses ke toko pernik Natal yang menjamur di kota tidak sedikitpun mengurung niat untuk merenovasi kandang natal permanen dari papan berusia puluhan tahun milik stasi.

Lihai tangan Pace mengikat tali membentuk kombinasinya dengan pelepah sagu sebagai dinding, rumput liar sebagi atap dan alas kandang Natal dengan bongkahan tanah berumput sebagai alas.

Tidak lupa, bintang sebagai petunjuk tiga majus dari Timur menemukan bayi Yesus. Pace membuat replika bintang dengan merangkai rotan. Tiap ujung rotan diikat dengan tali liar, kemudian dililit carikan karung plastik warna putih.

Pemasangan bintang di kandang Natal (dokumen pribadi)

Menegasakan suasana Natal, di salah satu sudut Kapela tertulis "Merry Christmas & Happy New Year" yang saya print warna merah, kemudian tempel pada kertas karton warna biru muda dan putih. Tulisan tersebut kemudian saya rekatkan di tali yang telah diikat ujungnya pada paku yang telah lama ditancap.

Tidak lupa juga membuat rantai Natal dari lilitan rotan dan tumbuhan rambat lalu diselip mahkota bunga artificial. Terlihat asri ketika digantung antara tulisan di atas. Saya dan pace-mace kemudian menutup gotong-royong dengan minum kopi dan antusias pose bersama di sudut Kapela. 

Sungguh Natal saya luar biasa ada di antara saudara yang sama-sama ingin maju.

Terlepas dari replika Natal sederhana buatan saya dan pace mace umat Stasi Santo Wilhelmus Memes, terpenting adalah makna Natal semakin dalam dan tetap dirayakan. Natal demikian selalu menjadi abadi, selalu dikenang dalam kisah Natal paling istimewa.

Akhirnya selamat Natal untuk semua yang merayakan.
***

Memes, Papua (24 Desember 2020)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline