Lihat ke Halaman Asli

"Hiduplah Indonesia Maya"

Diperbarui: 23 Februari 2022   10:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Photo by camilo jimenez on Unsplash   

Beberapa waktu ini saya begitu menikmati suguhan di ruang dunia maya kita. Dari minyak goreng yang langka, sampai pada kasus wayang yang viral dan diangkat menjadi diskusi diberbagai media online dan sosial. Dan yah, tentu yang paling ramai adalah "netizen dengan segala cangkemnya", begitu kata seorang Kyai yang viral dengan pagelaran wayangnya yang kontroversi itu.

Kemudian, yang menarik dan mudah ditebak dari kontroversi wayang ini, adalah publik kita kemudian dipecah menjadi dua kelompok, kelompok pro wayang dan kelompok yang dianggap melecehkan wayang, "halusnya" kelompok melecehkan budaya dan yang mendukung budaya. Dan ini hal biasa kita yang kita lihat beberapa tahun terakhir.

Seperti sebelum-sebelumnya, jika ada satu kasus yang memancing fokus publik pada pemerintah, seperti kelangkaan minyak goreng, BPJS, dana JHT atau bahkan korupsi anggaran kesehatan, maka akan ada kasus pengalih, yang mengarahkan dan memecah fokus publik agar tidak mengawasi kebijakan pemerintah.

baca juga: pemerintah-tidak-boleh-memaksa

Lalu apa faktor penyebabnya? Tentu, tidak telepas dari banyaknya kepentingan oknum yang ingin mengambil keuntungan dengan isu-isu kontroversial diatas, bisa saja untuk menutupi "malkebijakannya" yang tidak disukai oleh publik, atau ingin mengalihkan tuduhan rakyat terhadapnya.

Kasarnya, publik sengaja diarahkan untuk diam terhadap apapun kebijakan yang ada, kalau lapar yah, puasa. Kalau cabai mahal, yah tanam saja. Kalau minyak goreng habis? Yah kurangin makan goreng-gorengan, yang bakaran saja biar sehat. Kalau mengambil keuntungan vaksin, yah itu keuntungannya untuk rakyat. Rakyat cukup khusnudzon saja.

Terakhir, apapun itu tema bahasan kita. Saya akan kembali ke judul tulisan singkat ini "Hiduplah Indonesia Maya", karena dengan hidupnya dunia maya Indonesia, kita akan tetap "bercerocos", kita akan tatap waras dalam "mencaci" atau apalah itu bahasanya terhadap apapun, yah tapi tetap harus hati-hati. Lidah kepelintir sedikit, bisa dijemput "om baju coklat" karena melanggar "UWUW ITEE" dan pasal karet didalamnya.*




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline