Lihat ke Halaman Asli

Supartono JW

Pengamat

Program Edukasi Suporter Sepakbola Indonesia (PESSI)

Diperbarui: 26 September 2018   12:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumentasi pribadi

Peristiwa tragis yang kembali terjadi dan berbuntut meregangnya nyawa suporter sepakbola oleh suporter sepakbola lain di Indonesia, benar-benar harus dihentikan.

Stop tuntutan sepakbola nasional dibekukan. Yang onar itu suporternya. Maka, kalau mau dibekukan ya, suporternya. Dan sudah dapat diidentifikasi, suporter.klub mana saja yang harus dibekukan.

Biar merasakan, apakah sepak bola tanpa suporter dapat hidup? Keduanya saling terkait. Tapi jangan tebang sepakbola, bila suporter yang bermasalah.

Sepak bola nasional sedang berkembang. Di dalam sepak bola, selain suporter, terdiri dari berbagai pelaku yang semuanya sudah bertindak secara profesional. Menjadikan sepakbola nasional kini adalah profesi dan industri.

Menpora, para pejabat, dan publik sepakbola nasional, atas berbagai peristiwa menyoal suporter, kini bukan saatnya lagi saling menyalahkan.

PSSI, yang paling bertanggungjawab atas masalah suporter, jangan bilang urusan suporter itu tanggung jawab klub. Itu tanggungjawab Anda!

Barangkali di statuta tidak ada menyangkut pembinaan dan edukasi suporter di PSSI, namun sepakbola nasional ada di bawah kendali PSSI.

Menpora juga jangan asal menunggu. Bantu PSSI, yang memang terlihat kurang mampu mengurus persoalan suporter onar, tapi gemar mengambil denda keonaran suporter dari klub.

Dari berbagai literasi, pembinaan dan edukasi suporter sepakbola secara khusus di negara-negara Erapa dan Amerika juga sulit ditemukan. Artinya, di luar sana urusan suporter memang signifikan dengan perkembamgan sepakbola negaranya. Suporter cerdas intelegensi yang berakibat cerdas personaliti, cerdas emosi, jauh dari sikap onar dan arogan, dan rusuh.

Meski tetap ada kerusuhan suporter di luar sana, tapi intensitasnya tidak setinggi keonaran suporter di Indonesia.

Sementara suporter di Indonesia pun terdiri dari berbagai individu. Namun, individu yang cerdas intelegensi dan personaliti, jumlahnya masih kalah banyak dengan individu suporter yang belum cerdas intelegensi dan personaliti.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline