Lihat ke Halaman Asli

Sunan Amiruddin D Falah

TERVERIFIKASI

Staf Administrasi

Seragam Sekolah dan Kain Kafan: Dampak Hierarki Pendidikan di Ujung Batas

Diperbarui: 30 April 2024   13:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: Tangkapan layar instagram Kemendikbud Ristek/kompas.com

Sebelum masuk ke pembahasan tentang untung-rugi atau manfaat-mudarat penggunaan seragam sekolah, ada baiknya kita melihat terlebih dahulu dampak positif yang terbangun oleh adanya hierarki yang dibentuk seragam sekolah melalui jenjangnya.

Sepanjang kita ketahui, hierarki jenjang pendidikan dapat diidentifikasi melalui seragamnya.Untuk sekolah Taman Kanak-Kanak (TK), warna dan model seragam sekolah umumnya ditentukan oleh kebijakan masing-masing yayasan atau pemiliknya. 

Sedangkan di tingkat Sekolah Dasar (SD) memakai seragam putih-merah, Sekolah Menengah Pertama (SMP) berseragam putih-biru dan Sekolah Menengah Atas/Umum (SMA/SMU) mengenakan seragam putih-abu-abu. Pada hari-hari tertentu, siswa-siswi SD,SMP hingga SMA/SMU memiliki seragam yang sama, putih-putih, pramuka, olahraga, batik atau busana keagamaan. 

Sementara untuk jenjang pendidikan tinggi, perguruan tinggi atau universitas di tingkat bangku kuliah mahasiswa/mahasiswi mengenakan pakaian bebas terkecuali untuk pendidikan tinggi vokasi. Mahasiswa-mahasiswi vokasi mempunyai seragam khusus sesuai dengan program keahliannya, ada seragam keperawatan atau kebidanan, perhotelan, perkapalan, penerbangan, perhubungan dan seragam vokasi lainnya. 

Perbedaan seragam di tiap jenjang pendidikan sesungguhnya telah membentuk hierarki jenjang pendidikan yang memberikan dampak positif terhadap identifikasi sekolah, rentang usia pelajar, dan sikap atau respon para pemangku pendidikan juga masyarakat dalam keikutsertaan mengawasi perilaku siswa-siswi berseragam di luar sekolah dan di luar jam pelajaran. 

Dengan seragam sekolah, seluruh masyarat bisa mengetahui dari sekolah mana seorang pelajar berasal, bisa membedakan rentang usia TK-SD, SD-SMP, SMP-SMA/SMU, dan SMA/SMU-Mahasiswa-Mahasiswi sehingga para pemangku pendidikan dan masyarakat bisa menentukan sikap atau respon (tindakan) apa yang harus diambil ketika terjadi penyimpangan dalam keikutsertaannya mengawasi perilaku mereka. 

Pada konteks rentang kehidupan manusia sejak mulai dilahirkan sampai menutup mata, sebelum toga (seragam) digunakan oleh semua jenjang pendidikan untuk proses wisuda kecuali di tingkat perguruan tinggi, hierarki identifikasi terbentuk dalam simbolisasi sempurna sebagai berikut: 

1. Ketika manusia lahir dalam keadaan telanjang tanpa sehelai benangpun (tanpa seragam), ini berarti yang menunjukkan bahwa semua manusia memiliki kesempatan yang sama dalam pendidikan. 

2. Seragam TK sesuai kebijakan yayasan atau pemilik (seragam dengan warna dan model variatif) , menunjukkan bahwa setiap manusia di rentang usia ini dalam perkembangan dan pertumbuhan awal membutuhkan perlakuan berbeda untuk membentuk berbagai jenis kecerdasan, minat dan bakatnya. 

3. Seragam SD putih-merah, ini memberikan keseragaman dan petunjuk bahwa di rentang usia ini, siswa-siswi diharapkan sudah mulai memiliki keberanian untuk berinteraksi aktif dalam kegiatan belajar mengajar, mulai belajar mandiri dan mempunyai dasar inisiatif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline