Seusai gerimis siang itu, aku mendaki ketinggian, menyusuri kelokan terjal. Memetik bunga-bunga beraroma kesturi yang aku rangkai untukmu.
Aku lumurkan senyum pada sekuntum bunga warna jingga. Sebagaimana jiwaku yang aku tangkupkan ke jiwamu di ranjang pengantin.
Epitaf yang aku gubah pada kelopak bunga, tak seanggun garis dan teksturnya. Namun, kau dapat menangkap harumnya yang diterbarkan semilir angin.
Ketika petang tiba, akulah bunga itu. Berlindung di jambangan cintamu. Sehangat api unggun di puncak musim dingin.
-Ummi Azzura Wijana-