Lihat ke Halaman Asli

Sumiatun

Pengelola JCTV Top News

Takjil, Menyegerakan Berbuka Puasa

Diperbarui: 17 Mei 2018   00:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: inovasee.com

Takjil menjadi salah satu kata favorit yang sering muncul di bulan Ramadhan setelah bedug Maghrib. Banyak orang mengartikan takjil sebagai makanan yang digunakan untuk membatalkan puasa saat berbuka. 

Dalam dialog-dialog sangat terlihat, takjil diartikan sebagai makanan. Makna takjil dalam Bahasa Indonesia sering diartikan seperti itu. Sebagai contoh: "mau beli takjil di mana?", "Menu takjilnya apa?", dan lain sebagainya. Dalam hal ini takjil diedentikkan dengan makanan.

Muasal Takjil

Kata takjil ini sebenarnya kata serapan dari bahasa Arab. Dalam Bahasa Indonesia masih sama penyebutannya. Makna takjil menurut ilmu bahasa arab ialah "penyegeraan, bersegera, percepatan", sebuah kata dasar dari ajjala, yu'ajjilu. Kata ini memiliki arti menyegerakan, mempercepat.

Maksud takjil di sini adalah menyegerakan membatalkan puasa sebelum wudhu atau sholat Maghrib. Diriwayatkan, dalam sebuah hadist:
"Manusia Senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka menyegerakan berbuka." (HR. Bukhori muttafaq alaih)

Berdasar hadist inilah dijadikan dasar adanya sunnah takjil, menyegerakan berbuka puasa. Diriwayatkan pula, Nabi menyegerakan membatalkan puasa dengan sebutir kurma lembek, jika tak ada kurma kering, jika tak ada meneguk air. 

Menyegerakan Berbuka Puasa

Berdasar hadist yang ada, fenomena penyebutan istilah takjil sudah salah. Untuk itulah mulai sekarang istilah itu harus dibetulkan.
Kemudian untuk menyegerakan berbuka puasa, dalam hal ini bukan berarti meninggalkan sholat untuk berbuka, juga harus dipahami betul. Sunnahnya hanya dengan sebutir kurma atau seteguk air. Di mana saat ini sering diidentikkan dengan makan atau minuman yang manis. Hal inipun menjadi istilah yang kurang tepat.

Pada saat berbuka pun seperti dijadikan balas dendam selepas menahan lapar dan dahaga seharian. Semua hidangan dimakan saat tanda berbuka dibunyikan, yaitu saat adzan Maghrib berkumandang. Jika hal ini dilakukan, ummat muslim yang berpuasa kemudian berbuka dengan memakan semua jenis makanan sudah tidak meneladani sunnah Nabi. Dan berperilaku berlebihan, sedangkan yang berlebih-lebihan itu tidak baik.

Meskipun menyediakan dan memakan makanan hingga kenyang adalah hak setiap orang. Namun akan lebih baik meneladani Sunnah nabi. Menyegerakan berbuka dengan kurma jika ada dan air. Jika tidak ada, berbuka secukupnya saja.

Berbuka dengan menghabiskan makanan yang ada sebelum sholat Maghrib memiliki beberapa kekurangan yang harus dihindari. Di antaranya menyebabkan metabolisme tubuh tidak stabil. Hal ini disebabkan perut kosong cepat diisi makanan yang banyak. Sehingga lambung tak mampu menerima. Akibatnya metabolisme tidak stabil dan menyebabkan perut sakit.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline