Lihat ke Halaman Asli

Sukir Santoso

pensiunan guru yang suka menulis

Mahligai Bara

Diperbarui: 15 Agustus 2021   09:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

MAHLIGAI BARA

Sukir Santoso

Pada awalnya aku ingin ke Nirwana Nite Club atau ke Diskotik Rama tetapi tempat itu terlalu hingar-bingar. Kali ini aku ingin tempat agak tenang. Maka kuputuskan ke Blue Lagoon Pub. Aku ingin menghabiskan malam ini untuk menyendiri sambil mendengarkan musik yang lebih lembut.

"Mau minum apa Tante?" seorang bartender bertanya dengan sopan.

Dari beberapa minuman cocktail kesukaanku Jack Rose, Lemon Martini, dan Tequila Sunrise, aku memilih Tequila Sunrise.

Tak berapa lama bartender itu menyajikan minuman yang kupesan di mejaku.

Malam ini aku benar-benar ingin lari dari rumah menyendiri. Ingin melepaskan segala kegalauanku. Lari dari rasa benci, marah dan cemburuku.

Sebetulnya aku masih sangat menyayangi mas Herman. Namun akhir-akhir ini menjadi sangat benci dan marah. Sudah dua minggu mas Herman pergi.

"Din, dua minggu ini aku ditugaskan pak Theo ke Singapura,"itu pesan di Whatsappnya.

Namun aku menjadi sangat curiga, karena beberapa kali aku menilponnya tilpon tidak diangkat bahkan langsung ditutup. Rasa cemburuku mengungkat kembali kejadian di ruang kantornya.

Waktu itu seperti biasanya aku ke kantornya untuk membawakan makan siang untuknya. Ketika aku membuka memasuki ruang kantornya, suamiku itu sedang berpelukan mesra dengan seorang perempuan yang kuketahui setelahnya namanya Natalia. Natalia adalah sekretaris baru di kantor itu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline