===
Semenjak langkah berlabuh, jauh dari tempat di mana darah tumpah, polah pun semakin bertingkah ruah, tak peduli di mana diri berada, selagi hati senang, urusan etika sosial atau kesadaran diri yang mendalam kalau segumpal darah ini pun hanya pendatang adalah bukan sesuatu yang harus diperhatikan.
Buat apa repot? Kalau pun mati nanti atau kapan pun bisa gali kubur sendiri, pakai kafan sendiri, cuih do'a-do'a dari orang banyak. Yang dituntun dari naluri segumpal darah ini, hanya bertindak saja sesuai keuntungan pribadi. Tiada lain.
Cerita tentang keluh kesah, desas-desus yang mengisyaratkan kalau segumpal darah ini pembuat resah, memberikan ketidaktenangan, itu sih urusan mereka, diri ini hanya diri ini saja.
Bahkan kalau bisa pun segumpal darah ini tak pernah dikandung Ibu untuk selamanya. Biarkan saja muncul sendiri dari mana pun terserah. Cita-cita, ya suka-suka, sibuk betul ngatur ini itu, melarang ini itu.
Siapa kalian? Siapa diri ini? Cita cita, ya suka-suka. Kalau tak suka, buat apa memaksakan ikut aturan kalian---yang katanya orang asli setempat? Kalian dong yang harusnya ikut gimana maunya gejolak segumpal darah ini mengarah ke mana?
Tidak sopan? Siapa bilang? Taraf kesopanan ada tingkatannya masing-masing. Masa sekelas pe-cita-cita suka suka harus ikut tingkatan kesopanan yang kalian konsumsi?
WOY, segumpal darah ini mendidih mendengarnya, diam sajalah sana. Urusan kalian kah kalau kedatangan ini memperburuk tempat kalian? Apakah memperbaunya? Atau menghabiskan anggaran bulanan? Tahunan?
Risiko kalian, siapa suruh ....
.
Cls, Ahad 28 Mei 2023, 13:47, halub