Lihat ke Halaman Asli

halub©

Puisi, Cermin, Cerpen, dan Refleksi.

Hampir Terlantar

Diperbarui: 20 Mei 2023   18:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Source: ss from Ushio Tora

   ===

Telinga badak.
Tak mau dengar,
Apa yang dikatakan pahit.
Perih dan memuakkan.
Cengani; centil dan ganjen.

Menyerahkan diri,
Untuk digarap dengan suka rela.
Otak sudah busuk, berkeliaran sudah jadi watak.
Setiap teriakan, dikira untuk dirinya. Geer!
Punya telinga, seperti tak punya.
Mau didengar, tak mau mendengar.
Dikira bagus dan patut dikejar, najis!
Terlalu banyak mengkhayal.
Dipikir semua orang mengejar dan tertarik?
Bego!
Baguslah mengkhayal terus selagi hidup,
Mana bisa ketika sudah mati nanti?
Bisa, tapi mengkhayalkan PENYESALAN.
Siapa yang menjual, siapa yang salah?
Perubahan makna terjadi serentak,
Yang menjual dibilang dijarah,
Yang membeli dicap pencuri dan penjarah.
Ada iklan ada jualan, mengapa juga tak boleh ada borongan? Otak sakit?
Cengani cengani, pakaian ketat, parfum seember, gaya bicara centil; sengaja paksa mencari perhatian agar digarap sigap gelap. Gila kok dibudidaya? Hampir saja terlantar.
Kebaikan dan keluasan kasih sayangNya masih meliputinya. Sebelum menuju penyesalan terbesar, ketika selaput dara sudah tiada, jangan dikira itu suatu hal yang sederhana.
Jangan terbiasa meremehkan kesalahan, nanti terlantar. Berapa kejadian sudah membawa ke jurang hampir terlantar? Tak terhitung. Masih saja merelakan diri menggelosor ke sana.
Kalau kepala masih ada, gunakanlah otak dengan baik, jikapun bego, jangan sampai bego sama selangkangan. Selangkangan harus ditaklukan dengan otak. Jangan bawa dia ke arah hampir terlantar.
   
Pamulang, Sabtu 20 Mei 2023, 15:56, Ziha Eternal




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline