Lihat ke Halaman Asli

Sugiyanto Hadi Prayitno

TERVERIFIKASI

Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

(Resensi) Diplomasi Para Diplomat lewat Tulisan

Diperbarui: 5 Maret 2021   00:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

wajah buku (Dokpri)

Para diplomat selain harus piawai berdiplomasi secara verbal dituntut pula mumpuni dalam menulis. Menulis laporan (reporting) lebih tepatnya. Mereka menulis laporan untuk menyampaikan hasil kerja dari 5 tugas dan fungsi lain.

Laporan itu bukan sekadar untuk memenuhi unsur-unsur berita sebagaimana para reporter/jurnalis menulis, melainkan harus mengandung kedalaman, analisis, dan bahkan rekomendasi. Selain menulis laporan, lima tugas dan fungsi diplomasi yaitu mewakili (representing), melindungi (protecting), negosiasi (negotiating), memajukan/promosi (promoting), dan mengelola (managing).  

Sebuah keniscayaan sejumlah diplomat pun mahir membuat tulisan untuk konsumsi khayalak media massa arus utama di dalam maupun luar negeri, serta menerbitkan buku.

Cerita sebaliknya, ada wartawan/jurnalis dan insan pers mendapat kehormatan diangkat menjadi diplomat. Selain sebagai duta besar, ada jurnalis (sekaligus politikus masa lalu) diangkat menjadi Menteri Luar Negeri, dan bahkan kemudian menjadi Wakil Presiden RI yang ketiga. Namanya Adam Malik, lengkapnya Adam Malik Batubara. Ia lahir di Pematangsiantar, Sumatra Utara, 22 Juli 1917 -- meninggal di Bandung, Jawa Barat, 5 September 1984 pada umur 67 tahun. Para diplomat dan calon diplomat kiranya mengenali dan mengidolakan sosok itu.

*

Terkait kegiatan para diplomat dalam tulis-menulis, sejumlah diplomat senior Indonesia berhimpun menerbitkan sebuah buku. Mereka disatukan kembali karena ikatan nostalgia masa lalu, yaitu kesamaan sebagai  alumni Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) yang mengikuti Sekolah Dinas Luar Negeri (Sekdilu) X, Deplu (sekarang Kemenlu) pada 1984 - 1985. Mereka dipersiapkan sebagai diplomat.

Buku mereka berjudul "Diplomasi: Kiprah Diplomat Indonesia di Mancanegara" (selanjutnya disebut Buku Diplomasi), berisi 21 tulisan dari 17 penulis, dengan tim editor A. Agus Sriyono, Darmansjah Djumala, dan Bagas Hapsoro. Buku Diplomasi merupakan terbitan buku ketiga mereka. Kumpulan tulisan setebal 236 halaman dan diedarkan berbentuk cetakan maupun digital tersebut diterbitkan PT Gramedia Pustaka Utama - Jakarta, pada awal Februari 2021.

*

Buku Diplomasi, menurut Tim Editor, dibuat dengan maksud berbagi pengalaman dan memberi kontribusi pemikiran bagi masa depan diplomasi Indonesia (hal. xi). Dua kata penting di sana: pengalaman dan kontribusi, berkaitan sangat erat dengan panjangnya masa penugasan sebelum memasuki masa pensiun.

Rata-rata mereka memperoleh 5 kali penempatan di luar negeri, dengan lama hingga belasan tahun; selebihnya bertugas di tanah air. Jabatan terakhir mereka diantaranya Duta Besar, Konsul Jenderal, bahkan  Wakil Menteri Luar Negeri.  Sangat pantas dan berkompeten mereka berbagi pengalaman untuk berkontribusi.

Menteri Luar Negeri RI Retno LP Marsudi (pada kata sambutannya) menyampaikan, kehidupan profesional seorang diplomat selama ditugaskan pada berbagai perwakilan Indonesia merupakan satu hal yang menarik untuk dibagikan (hal. XV). Itu sebabnya Retno menyambut baik penerbitan buku tersebut. Harapannya, tugas para diplomat lebih luas diketahui publik, khususnya masyarakat peminat diplomasi, hubungan internasional, dan politik luar negeri Indonesia.  

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline