Lihat ke Halaman Asli

Sugiyanto Hadi Prayitno

TERVERIFIKASI

Lahir di Ampel, Boyolali, Jateng. Sarjana Publisistik UGM, lulus 1982. Pensiunan Pegawai TVRi tahun 2013.

(100Puisi) Penyair Kita

Diperbarui: 25 Februari 2016   00:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="puisi dan penyakit parkinson"][/caption]

1/
Kalau ada yang suka
membanting-banting kata lalu
mengunyah dan menelannya bulat

Maka tak pelak dia penyair kita
disekujurnya berlepotan aneka cara ucap dan cecap
di ujung lidah dan keriting rambut pun
menjuntai huruf, titik, koma, gertak dan teriak luka

Tiap pagi ia setia menggonggong lalu berkotek
setiap petang ia meniru raung knalpot motor, rintik gerimis, guruh
lalu lembaran kertas ditulisinya dengan tanda dan angka
ia sodorkan kepada semua orang untuk menggantinya
dengan lembar rupiah, setidaknya secangkir kopi tanpa gula

2/
Sejarah kerap menoreh ungkap yang muskhil penuh drama
penyair itu dulu seorang petani kaya, seorang peternak
ia punya cara rahasia agar ternaknya gampang berbiak
tak ingin orang lain tahu bagaimana, hanya dengan suara
bahkan ngobrol dan merayu. Pada semua ternaknya
banyak pinak, banyak telur, jadilah gemuk, jadilah banyak

Hingga suatu hari seorang seniman datang dan membujuk
agar ikut menikmati hidup dengan cara berbeda, dengan kata
hanya dengan kata-kata, juga doa, bahkan mantera
ah, tak disangka semuanya begitu gampang, begitu senang
petani kaya itu lupa semua, harinya diisi teriak selantang siang
hingga ia jatuh sakit dan menjadi berbeda, ia berpura gila
tapi rupanya Tuhan memberi lebih dari apa yang ia minta!

Bandung, 24 Februari 2016

Sumber gambar : di sini




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline