Lihat ke Halaman Asli

Media Pornografi Itu Bernama TV

Diperbarui: 25 Juni 2015   09:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13302358161360475125

[caption id="attachment_173545" align="alignnone" width="250" caption="hoax-quote.blogspot.com"][/caption] Minggu pagi ini, ketika pertama kali menghidupkan Televisi, tersajilah beragam acara infotainment seperti SILET di RCTI, dan Was Was di SCTV. Seperti sudah sama-sama kita ketahui bahwa sebagian besar konten beritanya seputar aktivitas selebritis, mulai acara harian sang selebriti hingga acara wedding party seperti acara Weddingnya Shandy Aulia yang begitu wah. Image berita yang ditayangkan pun banyak menyorot gaya berpakaian para artis. Mulai gaya artis yang menjadi obyek berita atau gaya artis yang menjadi tamu undangan pada acara tersebut. Berbicara masalah pakaian ini, tentu saja semua pemirsa TV yang kebetulan menyaksikan acara ini -mau tidak mau- akan melihat aneka gaya modis para artis. Dari gaya rambut, gaya belahan dada, hingga belahan paha di bagian bawah, hingga gaya lutut dan terakhir sepati hak tinggi. Masih ingatkah anda, bagaimana Jupe mendapat protes dari KPI gara-gara lagu "belah duren" yang berkonotasi porno, dan yang terbaru dari KPID NTB, soal lagu Jupe "Jupe paling suka 69". Bagi anak kecil mungkin tidak tahu apa maksud dari angka 69 ini. Tetapi bagi yang sudah berumur 17 tahun ke atas -atau mungkin lebih muda lagi- pasti sudah faham betul maknanya. Ada juga kasus Farah Quinn, sang Chef seksi, menjadi sorotan semenjak mendapatkan teguran dari Komisi Penyiaran Indonesia. KPI menilai gaya berbusana Farah saat tampil di salah satu episode tayangan kuliner di Trans TV, Ala Chef, dinilai terlalu terbuka karena mengumbar bagian tubuh pribadinya. Gara-gara busananya itu, Farah Quinn mendapat protes. Kembali ke masalah gaya pakaian para artis. Hampir semua stasiun TV di Indonesia menayangkan acara yang sama, dengan menampilkan "gaya pamer aurat" para artis. Bukan sekali dua saja. Hampir setiap hari infotainment ini menayangkan "belahan dada" para artis. Sepertinya Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), masih tebang pilih dalam menyeleksi tayangan TV ini. Dengan alasan kebebasan berekspresi, para artis semau gue berpakaian ala artis Hollywood atau Bollywood. Tengoklah, bagaimana baju ketat Ashanty di acara Dahsyat beberapa saat yang lalu menuai protes dan komentar negatif di Yahoo.com. Lagi-lagi, Ashanty menyembulkan buah dadanya di acara Lamarannya dengan Anang Hermansyah. Sepertinya para artis di Indonesia menjadi duta porno melalui media Televisi ini. Dan pemerintah pun sepertinya tidak peduli dengan acara ini. Apatah gunanya Bapak Kemendikbud Muhammad Nuh memaksa guru-guru menanamkan "Pendidikan Karakter Bangsa" dalam silabus dan RPP, kalau toh media televisi ini jauh lebih kuat ototnya beradu pengaruh dengan ceramah gurunya di kelas atau khotbah para dai dan khotib di Masjid-masjid. Artinya? Iman seseorang bisa kuat 100% jika berada di rumah atau di sekolah. Tetapi akan melorot drastis sang iman itu, jika seseorang menyaksikan tayangan di Televisi, di HP, atau di tempat lain di luar sekolah. Jadi mau dibawa ke manakah pendidikan moral bangsa ini? Akankah TV akan menjadi guru sejati? mengalahkan khotbah para guru mereka di sekolah? Berhenti menonton TV memanglah sulit, kecuali pemerintah bisa mengontrol tayangan yang berbau pornografi demi terjaganya moral rakyat dan anak-anak bangsa. Bahkan saat ini, di negara-negara maju seperti Jepang dan Amerika sudah mulai mengontrol secara ketat tayangan yang berbau porno pada saat jam tayang keluarga (prime time). Sudah saatnya Indonesia juga bertindak sama jika mau selamatkan bangsa. Sangat bijak sekali, kalau anda membaca tulisan rekan-rekan kompasiana seputar TV ini:




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline