Lihat ke Halaman Asli

Suriah-Mesir adalah Tragedi Kemanusiaan

Diperbarui: 24 Juni 2015   09:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suriah-Mesir adalah tragedi kemanusiaan

Lepas intrik politik yang terjadi di dalamnya, saya melihat apa yang sedang terjadi di kedua negara ini adalah tragedi kemanusiaan sepanjang abad. Ya tragedi kemanusiaan karena peristiwa ini menghancurkan harkat martabat manusia paling tinggi yaitu kehidupan. Begitu banyak korban yang berjatuhan, apa yang ada dalam pikiran mereka sehingga perang ini masih berlangsung. Korban yang juga terdiri dari masyarakat Muslim dan Kristen menyisakan duka yang mendalam. Menurut sumber dari berita OL masyarakat minoritas Kristen pada akhirnya ikut menjadi sasaran pembunuhan dan penculikan. Sangat menyedihkan!

Sulit untuk membayangkan apa yang sedang terjadi disana. Ketakutan, kegelisahan dan kekuatiran timbul mewarnai keharmonisan yang sudah terjaga selama ini. Dan yang masih menjadi pertanyaan saya, mengapa kaum minoritas ikut menjadi korban? Mengapa? Apa yang salah dari mereka ini? Mengapa juga gereja menjadi sasaran kemarahan? Saya menyayangkan gereja-gereja Koptik selain menjadi tempat beribadah juga banyak yang menjadi situs sejarah. Begitu pun di Suriah, yang kurang lebih sama. Dilaporkan dari UCAN news, penculikan kedua Uskup gereja begitu mengguncang komunintas Kristen di Suriah. UCAN news pun juga melaporkan bahwa Paus Fransiskus juga berdoa untuk keduanya, “Saya mengenang  dalam doaku untuk kedua uskup itu, agar mereka segera kembali ke dalam komunitas mereka. Saya berdoa agar Tuhan menentramkan hati mereka dan saya mengulangi seruan  saya pada Paskah, bahwa pertumpahan darah hendaknya dihentikan”, katanya. Penculikan dan juga pembantaian yang seperti terjadi di Suriah di salah satu kampung yang dihuni mayoritas Kristen membuat gelombang migrasi besar-besaran dari kaum minoritas. Hidup di tanah kelahiran sudah tidak lagi aman. Kejadian ini persis terjadi di Irak. Masyarakat Kristen sudah mulai diambang kepunahan.

Saya rasa pembaca cukup sadar dan sepakat bahwa konflik ini bukan dilandasi sentiment keagamaan. Di Suriah pun dalam konflik ini juga dialami oleh golongan mayoritas Islam Sunni. Di Mesir di zaman dimana Islam tumbuh terjadi hubungan yang harmonis antara Nabi Muhammad SAW dengan petinggi koptik waktu itu. Bahkan salah satu istri nabi berasal dari umat koptik. Seandainya ini pertikaian keagamaan, bagaimana hubungan mesra yang sudah terjadi di saat itu? Apakah moment berharga waktu itu akan sirna hilang begitu saja. Bahkan sampai sekarang penjaga pintu Gereja Makam Suci adalah masih keturunan Salahudin Al Ayyubi, yang notabene beragama Islam. Kita tidak bisa melupakan begitu saja sejarah kedua agama ini pernah terjalin satu kehidupan yang harmonis.

Bagaimana pun itu inilah tragedi kemanusiaan sebagai tanda refleksi bersama. Hidup dalam damai mungkin masih jauh dari saudara kita di Mesir-Suriah. Dan juga kita tidak bisa begitu saja hanya menyalahkan pihak lain.. Bahwa ada konspirasi besar-besaran dari perang tersebut. Menyalahkan pihak lain hanya menjauhkan akar solusinya. Kenapa kita tidak mencoba melihat kedalam. Berani untuk menemukan pemicu-pemicu semua ini ke masing-masing pihak. Mungkin kata yang pernah diucapkan mendiang Paus Yohanes Paulus II, “ Tiada damai tanpa keadilan, tiada damai tanpa pengampunan”. Untuk saat ini rupanya sulit untuk mempraktekkan kalimat itu sebagai bentuk rekonsiliasi bersama. Saya hanya bisa berdoa, semoga harapan tercapainya sebuah kedamaian dimiliki oleh umat Islam dan Kristen. Inilah tragedi kemanusiaan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline