Lihat ke Halaman Asli

Johanes Krisnomo

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Bubur Ayam dan Pilkada

Diperbarui: 15 Februari 2017   09:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bubur Ayam - versi Bandung . Foto Dok Pribadi J.Krisnomo

Sabu, satu kata berbau-bau mengerikan, namun akrab di telinga. Hal ini menjadi berbeda, oleh banyak orang, Sabu sering diplesetkan dari singkat kata Sarapan Bubur. Perbincangan berikut mengarah pada keterkaitan bubur atau Bubur Ayam dan Pilkada, dan itu perlu disimak.

Sudah lama, mengamati dengan seksama dan hati-hati, bagaimana cara orang makan Bubur Ayam, khususnya di sekitar Bandung Raya, menjadi penelaahan makna.

Bubur Ayam versi Bandung, terdiri dari bubur (berbahan baku beras), ayam suir, cakue, kacang kedelai, bawang goreng, kecap manis, bubuk lada, daun seledri, kerupuk, dan sambal.

Sebagai konsumen Bubur Ayam, menu tersebut selain murah, Rp 5000,-, mudah dan cepat didapat karena dekat rumah, hangat dan nikmat dan tanpa harus bersusah payah meracik.

Curhat buat kawan-kawan lainnya, saya terbiasa makan Bubur Ayam tanpa kerupuk. Sepertinya, suara kriuk-kriuk pecahnya kerupuk saat bertemunya gigi dan kerupuk sangat mengganggu kenikmatan makan. Lagipula, cara makan diatur apa adanya, tanpa harus diaduk-aduk sampai homogen seperti yang lain. Versi lain, cara berbeda, ada sensasi rasa dan suara bila bubur diaduk, plus kerupuk, saat konsumsi.

Apapun cara bagaimana kita makan bubur, mau diaduk-aduk ataupun tidak, tetap saja buburnya sama. Mau dimakan bersama kerupuk atau tanpa kerupuk, tak ada beda signifikan yang perlu dipersoalkan.

Tak ubahnya Pilkada – Pemilihan Kepala Daerah, sensasi Cita Rasa Bubur Ayam, pastinya berbeda, namun tujuannya sama, Sarapan Bubur. Menjadi heboh dan gaduh, bila semua penikmat Bubur Ayam, diharuskan atau wajib mengaduk sampai rata semua komponen bubur yang tersaji bersama kerupuknya.

Bebas – bebas aja sich, Pilkada itu ibarat beda cara makan Bubur Ayam, dengan pilihan masing-masing. Utamanya untuk kebaikan, kemanfaatan dan kemajuan bersama, siapapun pemenangnya, dan mereka yang terpilih adalah milik semua, bukan milik kelompok tertentu. (/stalgijk).

Cimahi, 15 Feb 2017

Catatan : Ilustrasi Foto, Dok Pribadi, Penulis, Johanes Krisnomo.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline