Mohon tunggu...
Johanes Krisnomo
Johanes Krisnomo Mohon Tunggu... Penulis - Karyawan Swasta

Penulis, YouTuber : Sketsa JoKris Jo, Photografer, dan Pekerja. Alumnus Kimia ITB dan praktisi di Industri Pangan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Bubur Ayam dan Pilkada

15 Februari 2017   08:44 Diperbarui: 15 Februari 2017   09:34 433
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bubur Ayam - versi Bandung . Foto Dok Pribadi J.Krisnomo

Sabu, satu kata berbau-bau mengerikan, namun akrab di telinga. Hal ini menjadi berbeda, oleh banyak orang, Sabu sering diplesetkan dari singkat kata Sarapan Bubur. Perbincangan berikut mengarah pada keterkaitan bubur atau Bubur Ayam dan Pilkada, dan itu perlu disimak.

Sudah lama, mengamati dengan seksama dan hati-hati, bagaimana cara orang makan Bubur Ayam, khususnya di sekitar Bandung Raya, menjadi penelaahan makna.

Bubur Ayam versi Bandung, terdiri dari bubur (berbahan baku beras), ayam suir, cakue, kacang kedelai, bawang goreng, kecap manis, bubuk lada, daun seledri, kerupuk, dan sambal.

Sebagai konsumen Bubur Ayam, menu tersebut selain murah, Rp 5000,-, mudah dan cepat didapat karena dekat rumah, hangat dan nikmat dan tanpa harus bersusah payah meracik.

Curhat buat kawan-kawan lainnya, saya terbiasa makan Bubur Ayam tanpa kerupuk. Sepertinya, suara kriuk-kriuk pecahnya kerupuk saat bertemunya gigi dan kerupuk sangat mengganggu kenikmatan makan. Lagipula, cara makan diatur apa adanya, tanpa harus diaduk-aduk sampai homogen seperti yang lain. Versi lain, cara berbeda, ada sensasi rasa dan suara bila bubur diaduk, plus kerupuk, saat konsumsi.

Apapun cara bagaimana kita makan bubur, mau diaduk-aduk ataupun tidak, tetap saja buburnya sama. Mau dimakan bersama kerupuk atau tanpa kerupuk, tak ada beda signifikan yang perlu dipersoalkan.

Tak ubahnya Pilkada – Pemilihan Kepala Daerah, sensasi Cita Rasa Bubur Ayam, pastinya berbeda, namun tujuannya sama, Sarapan Bubur. Menjadi heboh dan gaduh, bila semua penikmat Bubur Ayam, diharuskan atau wajib mengaduk sampai rata semua komponen bubur yang tersaji bersama kerupuknya.

Bebas – bebas aja sich, Pilkada itu ibarat beda cara makan Bubur Ayam, dengan pilihan masing-masing. Utamanya untuk kebaikan, kemanfaatan dan kemajuan bersama, siapapun pemenangnya, dan mereka yang terpilih adalah milik semua, bukan milik kelompok tertentu. (/stalgijk).

Cimahi, 15 Feb 2017

Catatan : Ilustrasi Foto, Dok Pribadi, Penulis, Johanes Krisnomo.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun