Lihat ke Halaman Asli

Perumpamaan Rumus Matematika Dalam Pandangan Islam Tentang Perbuatan

Diperbarui: 6 Januari 2021   10:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Islam merupakan agama “Rahmatan Lil ‘Alamin”. Islam sangat menekankan umatnya untuk belajar dan tahu(pendidikan). Islam itu sebuah agama yang melingkupi semua aspek dalam kehidupan. Termasuk seluruh bidang ilmu pendidikan terkait dengan nilai Islam yang menjadikan sebagai acuan dan landasannya.

            Secara bahasa, kata matematika berasal dari bahasa Yunani yaitu Mathein, Mainthenein yang artinya mempelajari. Dalam bahasa latin, matematika diambil dari kata Mathematica yang berarti ilmu pasti. Sedangkan orang arab, menyebut matematika dengan ‘Ilmu Al Hisab, artinya ilmu berhitung. Tidak ada sebaik dari perhitungan Allah ( Al-Qur’an)

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

لِّيَعْلَمَ اَنْ قَدْ اَبْلَغُوْا رِسٰلٰتِ رَبِّهِمْ وَاَحَاطَ بِمَا لَدَيْهِمْ وَاَحْصٰى كُلَّ شَيْءٍ عَدَدًا

"Agar Dia mengetahui bahwa rasul-rasul itu sungguh telah menyampaikan risalah Tuhannya, sedang (ilmu-Nya) meliputi apa yang ada pada mereka, dan Dia menghitung segala sesuatu satu persatu. "(QS. Al-Jinn[72]:28)

Dari QS.Al-Jinn ayat 28 tersebut tersurat dan tersirat bahwa semua kejadian, objek alam, penciptaan alam semesta dan struktur Al-Qur’an, tidak ada namanya kebetulan, semuanya ditetapkan dengan hitungan yang sangat teliti

Ilmu matematika pada aljabar mengajarkan kita untuk sikap jujur, tegas dan bertanggung jawab. Misalkan seorang guru menyuruh muridnya untuk mengerjakan soal aljabar . Jika tidak bisa menjawab soal tersebut maka sebaiknya jujur katakan tidak bisa. Dan jika tidak bisa menjawab soal tersebut dikatakan bisa maka disaat saat disuruh menjawab akan ketahuan tidak bisa. Maka terbukti tidak jujur dan akan berakhir malu. Jadi lebih baik jujur meskipun itu pahit.

Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَمَنْ يَّكْسِبْ خَطِيْۤـَٔةً اَوْ اِثْمًا ثُمَّ يَرْمِ بِهٖ بَرِيْۤـًٔا فَقَدِ احْتَمَلَ بُهْتَانًا وَّاِثْمًا مُّبِيْنًا

"Dan barangsiapa berbuat kesalahan atau dosa, kemudian dia tuduhkan kepada orang yang tidak bersalah, maka sungguh, dia telah memikul suatu kebohongan dan dosa yang nyata." (QS. An-Nisa' 4:112)

Salah satu contoh nilai jujur yang dapat di ajarkan oleh guru pada pembelajaran matematika pada materi bilangan bulat dengan rumus perkalian positif(+) dan minus(-). Dan pada rumus tersebut mewakili sebuah doa yang sering kita ucapkan dalam shalat kita sehari-hari. Meminta agar Allah menunjukan kepada kita bahwa yang hak itu hak dan yang batil adalah batil. Rumusnya seperti berikut :

  • (- x + = -)  Sesuatu kesalahan jika kita dikatakan benar, maka sesungguhnya kita telah berbuat kebohongan, dosa
  • (+ x -= -)   Sesuatu kebenaran jika kita dikatakan salah, maka sesungguhnya kita telah berbuat kebohongan, dosa
  • (+ x += +)   Sesuatu kebenaran jika kita dikatakan benar, maka kita melakukan suatu yang benar
  • (- x -= +)   Sesuatu kesalahan jika kita katakan salah, maka kita melakukan suatu yang benar

Kenapa minus(-) dikali minus(-)  hasilnya plus (+) ?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline