Lihat ke Halaman Asli

Sri Rumani

TERVERIFIKASI

Pustakawan

Benarkah Bekerja Itu Tidak Perlu Berprestasi?

Diperbarui: 4 Desember 2018   17:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi: ilsole24ore.com

Pada hari Minggu pagi di pasar tradisional ketemu teman seprofesi tanpa sengaja apalagi direncanakan, dan tidak ada yang kebetulan semua itu terjadi pasti atas ijin Allah SWT. 

Supaya tidak mengganggu pengunjung pasar yang lain, kita minggir berdiri di depan kios yang kebetulan tutup. Setelah basa basi bertanya tentang kabar kesehatan, dan kegiatan apa yang saat ini dilakukan, sampailah fokus membahas tentang profesi, prestasi dengan segala pernak pernik yang menyertainya. 

Kata teman tadi:"tidak perlu berprestasi, tidak ada gunanya dan tidak ngefek untuk perjalanan karier". Benarkah ? 

Padahal pimpinan puncak sering mendengungkan semangat capailah prestasi setinggi bintang, namun ketika ada orang berprestasi lebih banyak yang tidak senang daripada yang senang. 

Sungguh aneh bukan ?. Ini adalah fakta, realita bukan rekayasa, dan orang-orang berprestasi  berpotensi "menganggu" atasan menengah karena "takut" populitasnya tersaingi.

Prestasi ternyata sering menimbulkan orang lain menjadi "nyinyir" karena tidak bisa menyamai, apalagi mengungguli. Bisanya menyebarkan "hoaks" dan menyerang baik dari muka maupun dari belakang orangnya.

Intinya karena ada faktor sirik ( jealous), merasa tidak senang melihat orang lain beruntung (berprestasi), dan merasa senang ketika orang lain tidak senang. 

Jiwa-jiwa kerdil yang mempunyai penyakit hati ini sangat berbahaya bila memegang kekuasaan, karena ketika ada orang lain berprestasi "meradang", panas dingin, dan menyerang dengan cara yang tidak terhormat apalagi elegan . 

Sungguh sangat tidak nyaman mempunyai lingkungan kerja yang tidak kondusif, ketika ada yang berprestasi justru di "bully", diintimidasi dan dimusuhi. 

Bukannya diapresiasi, dibanggakan, dipertahankan, dan didukung agar kariernya melaju menuju puncak .

Seseorang berprestasi bukan ditempuh secara instans, tetapi kerja keras dan kerja cerdas ketika yang lain masih di "zona nyaman" (comfort zone), bekerja secara rutinitas. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline