Lihat ke Halaman Asli

Sri Rohmatiah Djalil

TERVERIFIKASI

Petani, Penulis

4 Tips Terhindar dari Toxic Positivity

Diperbarui: 3 Agustus 2021   13:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi sedih | Foto shutterstock via kompas.com

Sahabatku yang berbahagia,

Semakin hari, ruang gerak kita semakin sempit. Mau ke pasar takut Corono, mau olahraga takut Corona. Hidup dituntut untuk bahagia dan sehat, tetapi ingin sehat saja rasanya rumit.

Ada teman mengatakan, "Jangan mengeluh, semua mengalaminya, berpikir positif saja!

Baiklah, semua harus dihadapi dengan pikiran positif supaya hidup juga sehat. Namun, wajar sebagai manusia, kita memiliki emosi negatif, seperti kecewa, takut, khawatir, sedih.

Jangan sampai karena selalu berpikir positif kita terjebak dalam toxic positivity. Kita selalu menghindar dari emosi negatif dengan alasan ingin tampak kuat. Padahal emosi negatif juga penting dirasakan, diungkapkan, diekspresikan.

Suatu hari teman bercerita, saya memanggilnya Ratih. Ratih telah kehilangan pekerjaan, ketika berbicara dengan orang tuanya, bapaknya merespon positif dan membesarkan hatinya, "Sudah jangan kecewa, ambil sisi baiknya saja, mungkin setelah ini kamu akan mendapat pekerjaan yang lebih bagus."

Mendengar respon bapaknya, Ratih diam, padahal dia masih ingin cerita penyebab kehilangan pekerjaannya.

Komentar bapaknya memang bagus, menunjukkan simpati, memberi petuah. Namun sayang, petuahnya beracun. Secara tidak langsung bapaknya Ratih menghentikan apapun yang ingin dikatakan anaknya.

Sikap bapaknya ini disebut dengan toxic positivity.

Contoh lain ketika ketika ditimpa musibah dan mengungkapkan kesedihan, seorang teman memberi quote yang indah "kebahagian adalah pilihan". 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline