Lihat ke Halaman Asli

Sri Patmi

Bagian Dari Sebuah Kehidupan

Gawat! Lagi-lagi Perempuan Jadi Korban Ketamakan Kepentingan

Diperbarui: 25 November 2020   14:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto: Dokumentasi pribadi

Kacamata kehidupan ini begitu luas. Disaat semuanya menganggap tak ada yang berdaya lebih selain kekuatan itu sendiri. Mereka memaknai kekuatan hanya berasal dari kehadiran fisik terhadap suatu muatan benda. Menggeser benda ke segala arah dengan kemampuan fisik. 

Perpindahan benda itu ke lain tempat bukti fisik kekuatan itu muncul dari perubahan arah benda kemanapun. Bergerak atas kekuatan fisik dapat menghasilkan efek dari berbagai lini kehidupan. 

Mengubah tatanan, struktur dan ruang yang lebih signifikan. Bagaimana bila kedua kekuatan fisik dan kekuatan dari sebuah harapan serta keyakinan itu dipadupadankan?

Bergerak dan bermutasi ke segala arah akan memberikan dampak yang dilihat secara visual kasat mata. Bagaimana dengan mereka yang terlihat diam tetapi ada pergerakan? 

Aksi dalam keanggunan, kelembutan, kebijaksanaan dan kemolekan dari seorang perempuan. Dengan mahkota kecil diatas kepalanya ia mengubah dunianya sendiri dengan nilai estetika yang sangat digandrungi oleh kaum lainnya. Melakukan pergeseran dengan tutur lembutnya. Perpindahan benda bukan dengan kekuatan fisik semata. Hal yang dilogikan secara sederhana dengan pemahaman yang sangat luas.

Kekuatan mereka terlihat anggun nan rupawan. Rupanya yang indah menjadi bagian dari kesantunan yang ditunjukkan dalam wujud fisik yang mampu dipandang semua mata. 

Kemolekannya berlenggak lenggok dalam panggung kehidupan akan menjadikan mereka semakin dipandang memberikan keuntungan untuk sebagian para pemegang kepentingan untuk dirinya sendiri. Kehadirannya ditengah kehidupan ini dimanfaatkan sebagai komoditas perdagangan bebas. 

Dimana keindahan dan kemolekan tubuh mereka diperjualbelikan bak barang yang dipajang pada sebuah etalase. Mencicipi bukan untuk memiliki. Pemuas nafsu birahi bagi sebagian lelaki.

Dalam keadaan suka atau tidak suka, mau atau tidak mau itu dilakukan demi memenuhi isi kantong dan isi perut. Polesan keluguan mereka harus digantikan dengan tebalnya bedak, gincu dan perabotan lenong lainnya.

 Miris, jika pada awal telah dijelaskan kekuatan dalam wujud keanggunan, sekarang dibenturkan dengan makna yang terbalik. Keanggunan mereka direnggut oleh faktor kepentingan semata.

Diperparah dengan kondisi dimana kekerasan menjadi aksi untuk melenggangkan ketundukan terhadap suatu perintah. Alih-alih mereka tidak memiliki kekuatan justru malah kekuatan itu bergerilya menjadi aksi sporadis menghancurkan lawannya. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline