Lihat ke Halaman Asli

Sri Patmi

Bagian Dari Sebuah Kehidupan

Budaya Kerja Naik Tangga

Diperbarui: 16 Mei 2019   14:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Karier. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Dunia kerja merupakan wujud interprestasi dan implementasi disiplin ilmu yang diperoleh selama mengenyam pendidikan akademik. Mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan diploma maupun sarjana.

   Bekerja merupakan salah satu tujuan setiap orang setelah mengenyam jenjang pendidikan akademik. Di Indonesia, sistem payroll ditentukan oleh jenjang pendidikan yang ditempuh, capability dan pengalaman dalam bidang yang ditekuni. Perusahaan menetapkan ketiga hal tersebut sebagai kriteria penerimaan karyawan. Jika standarisasi penerimaan karyawan tersebut tidak dapat dipenuhi seseorang, maka perusahaan memiliki trik untuk menolak secara tidak langsung.

Contohnya : "Mohon maaf pak, untuk interview hari ini sudah cukup, nanti diterima atau tidaknya dihubungi kembali via telepon ya?". Satu hari, satu minggu, bahkan hingga satu bulan, konfirmasi via telepon dari pihak perusahaan tak kunjung didapat. Mencoba untuk make sure dan menelepon ke perusahaan, banyak alibi yang disampaikan, mulai dari HRD tidak ditempat hingga diberikan janji untuk menunggu lagi.

            Hadeuh .. Kalau udah di PHP -- in gitu, pasti bete banget. Nyari kerjaan sana sini di PHP -- in, nah sekalinya dapet, gajinya enggak sesuai sama jenjang pendidikan yang ditempuh. Maka tak heran jika peranan relasi sangat besar dalam lingkungan kerja. Selain itu, fenomena ini dijadikan oleh sebagian oknum perusahaan untuk mengeruk keuntungan.

 Misalnya, jika pekerja ingin diterima dan bekerja di perusahaan  tersebut, maka ia harus membayar sejumlah rupiah untuk mendapatkan pekerjaan. Lho kok gitu? Kerja itu kan dibayar ya, bukan untuk membayar?

Tapi, itulah realita yang terjadi. Mau tidak mau, suka tidak suka, itu menjadi sebuah keharusan untuk para calon pekerja yang kalah daya saing dengan yang lain. Hal tersebut dikarenakan  keterdesakan akan kebutuhan dan mindset bahwa tanpa bekerja, maka takkan hidup.

            Waduh ... susah banget ya buat dapet pekerjaan? Dibutuhkan perjuangan yang luar biasa. Oleh karena itu, dibutuhkan profesionalisme dan etos kerja yang tinggi untuk memaksimalkan kinerja, sehingga memeperoleh hasil kerja yang optimal. Jika hasil kerja optimal, maka perusahaan tak segan untuk memberikan reward dalam jumlah yang besar.

            Untuk mengoptimalkan hasil kerja, dibutuhkan pembagian kerja (Divisi). Setiap divisi memiliki tanggung jawab dan target yang harus dicapai. Meskipun dibedakan dengan sebuah sekatan divisi, tetapi antara divisi satu dan yang lainnya saling membutuhkan dan memiliki korelasi yang sangat kuat.

 Sebagai contoh, Front officer merupakan gerbang utama perusahaan. Oleh karena itu seorang Front officer harus memiliki good communication skill, mampu bekerja underpressure dan memiliki kemampuan ekstra dalam menghadapi customer.

            Banyak yang beranggapan bahwa para staff front officer memiliki tanggung jawab dan pekerjaan yang dapat dibilang mudah. Semua kembali ke pribadi masing -- masing. Setiap pekerjaan pasti memiliki tanggung jawab dan tingkat resiko tersendiri. Tergantung cara kita menyikapinya. Keberadaan mereka akan diakui penting, jika salah satu dari divisi tersebut cuti, sakit maupun izin. Pada hakikatnya, karyawan hanya ingin dihargai eksistensinya dalam ruang lingkup kerja.

            Terkadang, optimalisasi hasil dapat menjadikan seseorang menjadi underpress terhadap pekerjaan. Tentunya dengan pencapaian kinerja terbaik, maka akan meningkatkan pencitraan yang baik untuk seseorang. Pencitraan dari siapa? Untuk apa?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline