Kebijakan fiskal yang efektif tidak hanya berbicara tentang angka-angka dalam laporan keuangan negara, tetapi juga tentang bagaimana dana itu benar-benar mengalir dan menyentuh kehidupan masyarakat. Indonesia, dengan populasi lebih dari 270 juta jiwa, membutuhkan strategi distribusi dana yang tepat agar mampu menggerakkan perekonomian rakyat secara merata. Mengalirkan dana dengan tepat sasaran berarti membuka akses pembiayaan, memperkuat usaha kecil, menciptakan lapangan kerja, dan pada akhirnya meningkatkan daya beli masyarakat.
Alur aliran dana dimulai dari penerimaan negara, terutama dari pajak dan sumber daya alam. Penerimaan ini kemudian dialokasikan melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Dari APBN, pemerintah menetapkan pos-pos belanja, seperti infrastruktur, pendidikan, kesehatan, subsidi, serta transfer ke daerah dan dana desa. Mekanisme ini menjadi jalur utama agar dana dapat sampai ke tangan masyarakat. Misalnya, dana desa yang dikirim langsung ke rekening pemerintah desa memberikan ruang bagi masyarakat lokal untuk membiayai pembangunan infrastruktur dasar, mendukung program padat karya, hingga pemberdayaan ekonomi berbasis komunitas. Selain dana desa, pemerintah juga menyalurkan berbagai bentuk bantuan sosial (bansos), subsidi pangan, subsidi energi, dan program Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR menjadi contoh konkret bagaimana dana negara diarahkan untuk menggerakkan usaha rakyat. Melalui subsidi bunga kredit, pelaku UMKM bisa meminjam modal dengan bunga rendah. Modal tersebut digunakan untuk membeli bahan baku, menambah stok, memperluas usaha, dan bahkan mempekerjakan tenaga kerja baru. Proses ini menciptakan efek berganda (multiplier effect) bagi perekonomian lokal seperti pedagang grosir mendapatkan pembeli, pemasok bahan baku meningkatkan produksi, dan masyarakat sekitar memperoleh peluang kerja tambahan.
Dalam konteks aliran dana ini, kebijakan menteri keuangan yang baru Purbaya Yudhi Sadewa, dilansir dari berbagai sumber memberikan langkah nyata yang mendukung percepatan dana untuk sektor riil. Ia mengumumkan bahwa sekitar Rp 200 triliun dari dana pemerintah yang tersimpan di Bank Indonesia akan dipindahkan ke bank-bank komersial BUMN agar digunakan khusus untuk pemberian kredit (lending), bukan untuk membeli surat utang. Tujuan kebijakan ini adalah untuk mendorong likuiditas perbankan agar pinjaman ke usaha rakyat dan sektor produktif bisa segera meningkat. Purbaya juga menegaskan bahwa dia tidak akan merombak secara besar-besaran kebijakan fiskal yang telah dijalankan oleh menteri sebelumnya, Sri Mulyani Indrawati. Dia menyatakan akan mengoptimalkan sistem yang sudah ada dan mempercepat mesin yang sudah berjalan, daripada menciptakan kebijakan baru dari nol.
Dampak dari aliran dana yang tepat sasaran terlihat pada peningkatan kesejahteraan rakyat. Pertama, aliran dana memperkuat daya beli. Saat masyarakat memiliki akses modal dan pendapatan yang lebih baik, mereka cenderung meningkatkan konsumsi. Konsumsi rumah tangga adalah salah satu motor utama pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kebijakan Purbaya yang memindahkan dana dari BI ke bank komersial untuk kredit diharapkan mendorong usaha kecil agar lebih mudah memperoleh modal kerja atau kredit investasi. Kedua, aliran dana menumbuhkan lapangan kerja baru. Program padat karya tunai di desa, misalnya, memberi kesempatan bagi masyarakat untuk mendapatkan penghasilan langsung dengan membangun jalan desa, irigasi, atau fasilitas publik lainnya. Kredit usaha yang lebih mudah diperoleh karena kebijakan menteri keuangan membantu usaha kecil memperluas kegiatan mereka, sehingga memerlukan pekerja tambahan. Ketiga, distribusi dana membantu mengurangi ketimpangan ekonomi. Sebelum ada program transfer langsung, pembangunan hanya terpusat di kota-kota besar. Dengan adanya dana desa dan bantuan langsung tunai, pembangunan bisa menyentuh daerah tertinggal sehingga kesenjangan berkurang. Kebijakan likuiditas dari Menkeu baru juga diharapkan menstimulus daerah-daerah yang usaha rakyatnya lebih banyak butuh modal misalnya pertanian, pedesaan, UMKM di luar kota besar. Keempat, aliran dana memicu inovasi usaha. Banyak UMKM yang sebelumnya stagnan akhirnya mampu berkembang karena mendapatkan akses modal murah. Mereka berani mencoba model bisnis baru, memanfaatkan teknologi digital, dan menjangkau pasar yang lebih luas. Kebijakan kredit dari bank komersial akan membuka kesempatan baru bagi pelaku usaha yang sebelumnya sulit mengakses pembiayaan formal.
Namun, aliran dana saja tidak cukup. Pengelolaan yang transparan dan akuntabel menjadi kunci. Dana yang mengalir tetapi berhenti di tengah jalan karena praktik korupsi atau birokrasi berbelit akan kehilangan daya dorongnya. Di sinilah pentingnya peran pengawasan masyarakat dan digitalisasi sistem keuangan pemerintah. Aplikasi digital yang digunakan dalam penyaluran dana desa, misalnya, memungkinkan masyarakat memantau realisasi anggaran secara real time. Hal ini memperkecil potensi penyalahgunaan dan memastikan dana benar-benar digunakan sesuai tujuan. Selain itu, literasi keuangan masyarakat perlu ditingkatkan. Banyak pelaku UMKM yang sudah menerima KUR tetapi belum mampu mengelola modal dengan efektif. Akibatnya, pinjaman macet dan usaha tidak berkembang. Pemerintah bersama lembaga keuangan perlu memberikan pendampingan agar dana yang diterima bisa dikelola menjadi investasi produktif, bukan sekadar menutupi konsumsi jangka pendek. Ke depan, kebijakan fiskal harus semakin berpihak pada pemberdayaan ekonomi rakyat. Insentif pajak bagi UMKM, perbaikan akses pembiayaan, serta perluasan program padat karya harus terus dilakukan. Dan langkah-langkah seperti yang diambil oleh Menkeu Purbaya,vyakni memastikan dana pemerintah digunakan langsung untuk kredit usaha serta memanfaatkan dana yang mengendap di lembaga keuangan agar aktif dalam ekonomi riil adalah strategi yang menjanjikan untuk mempercepat dampak positif bagi rakyat. Mengalirkan dana untuk menggerakkan ekonomi rakyat bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga tanggung jawab bersama. Dunia usaha perlu ikut serta melalui kemitraan dengan UMKM lokal, sementara masyarakat harus menjaga transparansi penggunaan dana. Sinergi ini akan menciptakan perekonomian yang inklusif, di mana pertumbuhan tidak hanya dinikmati oleh segelintir orang, tetapi oleh seluruh lapisan masyarakat. Pada akhirnya, keberhasilan aliran dana dapat diukur dari seberapa besar perubahan yang dirasakan masyarakat. Apakah jalan desa menjadi lebih baik, apakah anak-anak bisa sekolah tanpa terkendala biaya, apakah warung kecil mampu bertahan dan berkembang. Jika jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini positif, maka dana yang mengalir telah benar-benar menjadi penggerak roda ekonomi rakyat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI