Lihat ke Halaman Asli

Daring dan Bahaya Radikalisme

Diperbarui: 15 Juli 2021   08:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagian dari kita mungkin sudah mendapat vaksin, tahap pertama maupun tahap kedua. Butuh vaktu untuk para penerima vaksin untuk memiliki kekebalan yang sempurna, karena butuh waktu sekitar 1,5 bulan setelah vaksin kedua, tubuh bisa dinyatakan bebas dari virus ini. Meski dari beberapa kasus, ada personal yang tubuhnya membutuhkan booster  vaksin karena tubuhnya masih menerima virus meski sudah divaksin dua kali.

Belum semua masyarakat menerima vaksin. Pemerintah memprioritaskan beberapa daerah untuk menerima terlebih dahulu terutama daerah yang punya penduduk banyak dan mobilitas tinggi seperti daerah jabodetabek dan beberapa kota di jawa dan Bali. Memang  terkesan lambat namun percayalah bahwa kita bersama harus menghadapi masa sulit ini dengan baik.

Pandemi kali ini memang membuat kita menyesuikan banyak kebiasaan. Apalagi sebagian aktivitas bermigrasi (pindah) dari luring (nyata) menjadi daring (melalui teknologi komunikasi) . Banyak kantor menyesuaikan kegiatannya dengan bentuk bekerja seperti ini, sehingga secara fisik para pegawai tidak perlu datang ke kantor, namun harus mengerjakan apa yang menjadi kewajibannya dari rumah.

Begitu juga dengan pendidikan. Meski diakui sebagai hal yang sangat sulit terutama bagi siswa di bawah jenjang pendidikan tinggi, namun pengajaran sistem daring mau tidak mau dilakukan pada jenjang PAUD sampai pendidikan menengah (PAUD,SD, SMP, SMA). Pengajaran daring pada level pendidikan ini amat sulit karena para murid sebenarnya masih membutuhkan bimbingan cepat dari para guru untuk membentuk mereka. Namun sebagian masyarakat dunia tidak punya pilihan lain selain melakukannya, dengan harapan semoga pandemi cepat berlalu dan sekolah-sekolah kembali masuk lagi.

Begitu juga dengan dunia perdagangan. Jual beli online menjadi sangat marak meski dihantui minat yang turun karena daya beli sebagian masyarakat mengalami penurunan. Namun jual beli online untukbaju, sepatu , tas dan kebutuhan lainnya masih berjalan dengan baik. Yang agak menyedihkan adalah usaha sektor kuliner dan pariwisata. Karena keduanya biasnya membutuhkan transaksi langsung  untuk mendapatkan manfaat. Namun kali ini hal itu tidak bisa dilakukan karena dunia pariwisata menjadi sangat terbatas akibat dari pengetatan mobilitas warga. Begitu juga sektor kuliner yang ikut terdampak.

Singkatnya pandemi membuat kita lebih rajin melihat handphone dan bekerja di depan laptop di rumah dibanding kita berangkat bekerja. Ini membuat sebagian besar kita lebih sering mengakses media sosial. Ini juga yang membuat banyak orang mengakses laman-laman yang sebenarnya tidak ada manfaatnya bagi dia dan keluarganya.

Apa itu ?

Salah satu disen UIN Jakarta Muhammad Yakup memaparkan bahwa pandemi memiliki efek negatid yang secara tidak langsunbg menyebabkan masyarakat melanggar kebebasan beragama dan berkeyakinan orang lain. Mereka saling mencaci maki untuk keyakinan yang mereka punya.

Hal ini termasuk seringnya  masyarkat mengakses informasi yang berbau intoleransi, radikalisme dan terorisme yang sangat banyak di media sosial dan dunia maya. Dengan pola bekerja daring ini mereka mengakses,membaca, terpengaruh dan kemudian menyakininya sebagai keyakinan yang sepatutnya dimiliki seperti kaum jihadist dunia.

Inilah yang menjadi tantangan kita semua karena bagaimanapun musuh terbesar kita untuk saat ini adalah virus Covid-19 sebagai pandemi. Otomatis pengaruh-pengaruh radikalisme seharusnya tidak menjadi prioritas untuk kita yakini. Karena itu kita harus punya literasi digital yang baik, mampu memilah ajaran yang berbahaya bagi kita dan lingkungan kita dan membuat masyarakat dunia bisa kembali berbahagia dan bukan malah sebaliknya.

Mari kita lakukan bersama.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline