Lihat ke Halaman Asli

Sonia Febriana

Mahasiswa Universitas Palangka Raya

Mahasiswa KKN-T Mandiri Universitas Palangka Raya Sosialisasikan Pembuatan Pupuk Organik dari Limbah Kotoran Hewan Walet

Diperbarui: 12 September 2022   23:43

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri

Desa Luwuk Ranggan, Kecamatan Cempaga, Kabupaten Kotawaringin Timur(12/9)-Mahasiswa KKN-T Mandiri Kelompok 65 Universitas Palangka Raya melakukan pelatihan dan sosialisasi bersama petugas penyuluh pertanian di Desa Luwuk Ranggan mengenai pembuatan pupuk organik dari kotoran hewan walet.

Desa Luwuk Ranggan yang terletak di Kecamatan Cempaga, Kabupaten Kotawaringin Timur mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani. Mata pencaharian masyarakat Desa Luwuk Ranggan yang mayoritasnya adalah petani ini menjadikan pupuk sebagai kebutuhan pokok untuk merawat tanamannya. Akan tetapi saat ini masyarakat kesulitan untuk mendapatkan pupuk bersubsidi dan mahalnya pupuk non-subsidi.

Menurut data World Bank-Commodity Market Review per 4 Januari 2022, Pupuk Urea dan Diamonium Fosfat (DAP) mengalami kenaikan yang signifikan. Harga DAP mengalami kenaikan sebesar 76,95 persen, sedangkan harga pupuk Urea naik hingga sebesar 235,85 persen.

Indonesia menetapkan Urea sebagai pupuk bersubsidi. Penetapan ini melalui Peraturan Menteri Pertanian Nomor 10 Tahun 2022 tentang Tata Cara Penetapan Alokasi dan Harga Eceran Tertinggi Pupuk Bersubsidi Sektor Pertanian. Dalam beleid ini, pemerintah menetapkan Urea dan NPK sebagai pupuk bersubsidi.

Selain itu, di Desa Luwuk Ranggan diketahui terdapat banyak bangunan gedung walet yang tentunya memiliki limbah. Limbah kotoran hewan tersebut dibuang oleh masyarakat langsung ke sungai. Tidak adanya proses pengelolaan lebih lanjut membuat sungai yang ada di desa Luwuk Ranggan, yaitu sungai Cempaga menjadi kotor dan tercemar.

Dokpri

Mahasiswa KKN-T Mandiri Universitas Palangka Raya melihat masalah tersebut dan melakukan upaya untuk mengatasinya dengan mensosialisasikan pembuatan pupuk organik dari kotoran hewan walet. Sosialisasi pembuatan pupuk organik ini bekerja sama dengan petugas penyuluh pertanian di Desa Luwuk Ranggan. Tujuan pelaksanaan sosialisasi ini adalah mengajarkan pembuatan pupuk organik dari limbah kotoran walet sebagai alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi kelangkaan pupuk bersubsidi.

Sosialisasi pembuatan pupuk organik yang terbuat dari limbah kotoran hewan walet diterima dengan baik oleh masyarakat. Pemanfaatan serta pengelolaan kotoran hewan walet ini berguna bagi masyarakat dalam mengatasi limbah kotoran walet dan menjadi alternatif sebagai Pupuk kompos untuk mengatasi keluhan petani karena mahal dan langkanya pupuk bersubsidi saat ini.

Dokpri

Sosialisasi pembuatan pupuk kompos ini dilakukan oleh mahasiswa KKN-T Mandiri Universitas Palangka Raya dengan didampingi Bapak Ali Rahman, yaitu petugas penyuluh pertanian yang ada di Desa Luwuk Ranggan. Sosialisasi dilakukan dengan praktik secara langsung mengenai bagaimana pembuatan pupuk organik dari kotoran hewan walet. Mulai dari penyiapan bahan sampai siap digunakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline