Lihat ke Halaman Asli

Mengembalikan Kehormatan Dunia Islam

Diperbarui: 20 Juni 2016   17:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dunia Islam terpuruk dengan munculnya fenomena buruk ISIS, Bokoharam, Taliban, Abu Sayyaf, Al Sabab, dsb. Jauh lebih buruk dari pada bencana Al Qaeda sebelumnya.

Di Indonesia kabarnya telah ratusan Muslim WNI yang menyeberang ke Timur Tengah demi bergabung dengan ISIS. Pemerintah bingung. Presiden Joko Widodo mengaku belum menemukan cara untuk mencegah penyebaran ISIS di Indonesia. Sementara iitu penyusupan terus merebak dengan pelbagai cara.

Sungguh tak terbayangkan sebelumnya. Masyarakat dunia yang umumnya beradab dan berbudaya tersentak. Tetapi sebenarnya pertanyaan tentang kenapa dunia Islam terbelakang dan terpurruk sudah kerap dikemukakan sejak lama. Amir Syakib Arsalan (1869-1946), adalahl yang pertama dalam catatan sejarah. Seorang aktivis, pemikir dan sastrawan dari Libanon yang terkenal dengan bukunya yang berjudul Limadza Ta’akhkhar al-Muslimun wa Limadza Taqaddama Ghairuhum? Kenapa Umat Islam Terbelakang, dan Kenapa Umat Lain Maju?

Arsalan menguraikan pandangannya secara komprehensif dan rasional, seperti: konsistensi dalam tradisi beragama, etos kerja tinggi disertai etos ilmu pengetauan atau saintifik, menghargai kearifan bangsa atau nasionalisme. Contoh: Jepang dan Eropa, simbol kemajuan dunia pada awal abad ke-20.

Adalah kehendak Tuhan bahwa gagasan Arsalan itu pada abad ke-20 bertemu dengan gagasan-gagasan besar para pelopor kemajuan dunia Islam di tanah air kita sendiri, Seperti: Bung Karno, Gus Dur, KH Ahmad Dahlan, HOS Tjokrominoto, Hasyim Asy’ari, dsb.

Harap Baca

Para ulama/cendekiawan Muslim itu telah mencurahkan nilai-nilai yang rasional dan universal yang, dapat dipahami dan diterima oleh kalangan terpelajar dan mereka yang mau belajar. Jalan kemajuan bagi dunia Islam di masa depan sebenarnya telah diretas. Tetapi rasionalitas masih harus tunduk dibawah dogma: pokok ajaran tentang kepercayaan yang harus diterima sebagai hal yang benar dan baik, tidak boleh dibantah dan diragukan.

Hal itu eperti apa yang dikatakan oleh DR. Kamaluddin Nurdin Marjuni, BA (AL-AZHAR). M.PHIL & PH.D (CAIRO):“Aqidah dan ideologi, atau sering disebut dan dinamai sebagai kepercayaan. Oleh karena itu Aqidah diartikan sebagai “Ikatan yang erat kokoh dan pegangan yang kuat”.

Islam Agama/Aqidah Berbasis Keyakinan Mutlak

Islam menempatkan Enam Rukun Iman dan Lima Rukun Islam sebagai hukum tertinggi. “Rukun” artinya “syarat mutlak” yang wajib/harus diterima, dipercaya, haqqul yakin dijalankan, dengan segala konskwensi.

Dengan sendirinya, dan tidak bisa lain, amalan atau perbuatan menjadi relatif atau tersubordinasi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline